Dapdap

Dapdap (atau dadap dalam penggunaan upacara yadnya) adalah lambang keseimbangan Tri Hita Karana dan rwa bhineda seperti halnya dalam perlengkapan tepung tawar yang berfungsi sebagai pembersih secara rohani.

Dadap disebut juga kayu sakti, hal ini mungkin sekali terkait karena kegunaannya. 
  • Sebagai bahan pembuatan Sanggah Turus Lumbung dengan pohon dapdap yang dipercayai sebagai taru sakti
  • carang dapdap cangga tiga sebagai bahan penyugjug yang biasanya digunakan dalam upacara yadnya.
  • Nasi bundar meklongkong plekir diatasnya ditancapi daun dapdap dan padang lepas dalam pembuatan banten prayascita untuk mensucikan pikiran.
  • Begitupun ditanam di natah pekarangan, tanaman dapdap wong (Erytherina variegata) yang diyakini dapat melawan maksud-maksud tidak baik.
  • dll
Disamping itu, ada cerita tantric yang berkembang yaitu tentang ikan gabus yang melakukan tapa dibawah pohon dadap, sebuah kemenangan dharma dalam selembar daun dapdap diceritakan :
Karena ketekunannya akhirnya permohonannya dikabulkan oleh Hyang Widhi. Maka segeralah ikan gabus ini menjelma menjadi seekor trenggiling yang hidupnya didarat. 
Jika dikupas cerita tersebut secara seksama maka ada tiga komponen penting dalam cerita tadi yaitu telaga atau kolam, ikan gabus, pohon dadap, dan klesih atau trenggiling. 
  • Telaga sebagai lambang dunia ini, 
  • Ikan gabus mewakili sifat rajas dan tamas, dimana kita ketahui bersama bahwa ikan gabus sangat rakus makannya, karena itu ia tergolong predator. 
    • Pohon dadab tempatnya bertapa mengandung makna hati-hati atau waspada, artinya waspada terhadap sifat-sifat buas dan selalu eling. 
  • Klesih sebagai gambaran manusia yang telah mencapai pencerahan, 
    • Ia tidak lagi rakus seperti ikan gabus, kemanapun pergi selalu meninggalkan suara atau pesan dharma
    • Apabila ada bahaya ia menggulung badannya sendiri seperti bola, hal ini bermakna introspeksi diri atau melakukan koreksi kedalam diri.
***