Ngerebeg

Ngerebeg adalah sebuah tradisi atau ritual penolak bala di Bali yang biasanya dilaksanakan pada saat piodalan dan hari raya berlangsung.

Seperti halnya di Desa Tegallalang Gelar Ritual “Ngerebeg”, disebutkan dalam canangsari.net, Ritual ngerebeg ini merupakan simbol kehadiran bhutakala atau wong samar pada diri manusia, untuk selanjutnya dinetralisir, menghilangkan sifat buruk.

Ritual ngerebeg ini diyakini mempunyai makna sebagai upaya untuk menetralisir sifat negatif manusia (Sad Ripu) menjelang upacara piodalan. 
Dengan berhias menyeramkan, disimboliskan sebagai sifat keburukan yang ada pada diri manusia.
Enam jenis musuh dalam diri manusia yang harus dinentralisir itu terwakili dari kreasi hiasan serta tampilan goretan topeng yang dibuat peserta. Seperti kama atau hawa nafsu yang tidak terkendali, para peserta mengekspresikan dengan tampilan orang yang hamil muda. 
Iktikadnya, nafsu itu harus dikendalikan, agar tidak menghacurkan dirinya sendiri dan tidak menyusahkan orang lain.
Ritual ini diawali dengan menghaturkan sesaji berupa paica gede dan paica alit kepada seluruh peserta di halaman Pura tempat dimana piodalan berlangsung.

Selain di Pura Duur Bingin yang disebutkan di atas, di sejumlah tempat juga telah dilaksanakan seperti halnya :
  • Di Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung sebgaimana dijelaskan antarabali.com, tradisi unik hari raya kuningan di Bali itu menampilkan ritual "Mekotek" dalam upacara "Ngerebeg". Kegiatan yang melibatkan seluruh pria usia 13-60, masing-masing  mengenakan busana adat Bali membawa tongkat sepanjang 3,5 meter.
  • Dalam laporan berita Ajeg Bali Post, 'Ngerebeg' Tradisi Unik di Pura Kahyangan Kedaton disebutkan yang dihuni ribuan ekor kera dan kelelawar, jatuh pada Anggara Kasih Medangsia juga diakhiri dengan tradisi ngerebeg, pendet pemangku, dan kincang-kincung.
    • Ketika matahari condong ke barat, suara kulkul pun bertalu-talu. Anak-anak dan remaja terlihat menyiapkan bahan-bahan untuk ngerebeg. 
      • Jika kalah cepat untuk mendapatkan tedung, bandrang, lelontek, dan tombak, maka ranting-ranting pohon untuk perkakas ngerebeg pun jadi.
    • Sebelum prosesi itu dimulai, Ida Betara Petapakan berupa barong landung dan barong ket tedun dari bale paruman untuk menyaksikan prosesi ngerebeg. 
      • Sementara seluruh pemangku se-Desa Kukuh menyiapkan tirta yang diletakkan dalam bumbung, menyiapkan tuak, arak, brem, guna dipersembahkan kepada bhuta kala.
    • Ketika pemangku memercikkan tirta, sorak pun membahana. Anak-anak, remaja, dan orang tua yang telah membawa tumbak, lelontek, dan tedung melesat berlarian mengitari areal pura hingga tiga kali. Uniknya, 
      • saat ngerebeg berlangsung, penghuni Alas Kedaton seperti monyet ikut bersorak dan berbaris di tembok penyengker pura. 
      • Sementara ratusan kelelawar terbang rendah mengitari pura tersebut.
***