Pemujaan Roh Suci Leluhur

Pemujaan roh suci leluhur bagi umat Hindu di Bali dan Nusantara telah ada jauh sebelum pengaruh Hindu datang ke Indonesia yaitu telah ada sejak 2500 SM dan bukan pengaruh dari India.
Karena Orang Bali percaya bahwa roh yang disebut atman itu kekal adanya dan telah bersatu kembali dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang disebut moksa sebagai salah satu dari panca sradha dalam keyakinan umat Hindu.
Sehingga sewajarnyalah setiap umat manusia untuk dapat menghormati dan berbhakti pada leluhurnya seperti halnya melalui pemujaan roh suci leluhur di Pura Kawitan Bendesa Pemada Semate, merajan masing-masing dll yang sebagaimana disebutkan: 
  • Agar keturunan atau patisentanya selalu ingat akan sejarah nenek moyangnya dan selalu diberikan rahmat dan kerahayuan dalam setiap aktivitasnya sehari-hari di dunia ini.
Konsepsi keagamaan ini disebutkan oleh Prof. Drs I Gusti Gde Ardana dalam keterangannya di Babad Bali tentang pura kahyangan Tiga (Bagian 1) disebutkan, pemujaan roh leluhur ini adalah unsur asli Indonesia/Bali yang berkembang mulai jaman neolitik ±2500SM dan berlanjut pada jaman perunggu ±500SM. 

Untuk tempat pemujaan arwah nenek moyang pada masa ini didirikanlah bangunan teras piramid dan menhir, sedangkan untuk pengekalan jasmaniahnya dibuatkan peti kubur batu yang disebut sarkofagus
Bukti-bukti peninggalan arkeologi ini banyak ditemukan di Bali terutama di desa-desa pegunungan seperti Desa Selulung di Kintamani, desa Sembiran, Tenganan Pagringsingan dan lain-lainnya.
Setelah kebudayaan Hindu mempengaruhi Indonesia, maka terjadilah perpaduan konsepsi keagamaan yaitu :
Akhirnya kedua konsepsi keagamaan ini berdampingan satu dengan yang lainnya. Hal ini jelas tampak pada beberapa pura di Bali di mana terdapat tempat pemujaan :
***