Ruwatan

Ruwatan adalah upacara pensucian yang dilaksanakan untuk dapat menghilangkan segala kekotoran (ketidaksucian) baik dalam diri sendiri, lingkungan maupun alam ini yang dalam Dewa Tattwa disebutkan upacara ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan bhuwana agung dan bhuwana alit sebagai aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana yang wajib dijaga umat manusia.
Sebagai perbandingan, upacara ini juga dilaksanakan di Jawa yang dalam kutipan ruwatan pandita sebagaimana disebutkan, istilah ”Ruwatan” ini merupakan usaha untuk pembersihan diri (cleansing) dari marabahaya atau kesialan yang menimpa dirinya. 
Dalam artian yang lebih luas dari upacara ruwatan ini, ada istilah ”Wishuda Bumi” yang bermakna pensucian alam semesta beserta isinya yang sehari menjelang hari raya Nyepi (Tahun baru Saka) biasanya juga ada aktifitas pensucian alam semesta dan alam micro (Bhuwana alit) berwujud simbol-simbol untuk mengusir bhutakala demi ketentraman alam ini.
Jadi jika kita amati dengan baik, maka aktifitas yadnya yang bertujuan pensucian ini sesungguhnya dilakukan hampir setiap hari oleh umat Hindu baik dalam kegiatan piodalan, purnama-tilem, ataupun sembahyang harian, berupa doa/puja mantra atau dengan sarana upakara yadnya (banten)
Dalam aktifitas yadnya yang lebih lengkap seperti piodalan atau purnama-tilem, selalu ada upacara penyucian/pembersihan dengan upakaranya berupa banten yang bermakna : 
Dimana semuanya bertujuan untuk mensucikan ’tri loka” baik dalam wujud alam semesta maupun diri manusia.

Namun sebagaimana juga ditambahkan,
  • Dalam tapa yang pernah dilaksanakan oleh Rsi Wisrawa dijelaskan bahwa,
  • Cukuplah dunia ini diruwat oleh air yang disimpan dalam wadah Cupu Manik Astagina sebagai makna cinta kasih kita kepada Hyang Widhi Yang Maha sempurna atas segala ciptaan-Nya.
  • Juga dilengkapi dengan Tepung Tawar sebagai sarana penawar atau penetralisir dalam meruwat sifat tidak baik menjadi sifat yang baik untuk dapat mencapai kemakmuran.
***