Soma

Dina Soma adalah hari senin dengan urip saptawara = 4, diayomi oleh Sanghyang Candra. Tindak lanjut dari suatu pandangan sebagai dasar untuk mengungkap, karena manusia punya kemampuan untuk memandang.
Dari apa yang dilihatnya, kemudian bisa diungkapkan melalui kata-kata, atau dengan perbuatan (karena keberadaan bayu).
Semestinya semua itu diimbangi dengan suatu kesabaran, seperti sifat-sifat Sanghyang Candra itu sendiri sebagai simbol Dewi Kesabaran.

Terlahir pada dina Soma, akibat karma wasana; perilaku di masa lalunya bersikap kurang sabar, baik dalam ucapan mau pun perbuatan. Itulah yang menjadi tuduh atas laku dan di-titah kembali ke marcapada.

Kelahiran seseorang pada dina soma disebutkan merupakan titisan/reinkarnasi dari mendiang sang kakek dari pihak keluarga laki-laki, sedikit bicaranya (pendiam). Perasaannya, banyak kasih sayang bagaikan seorang kakek dengan cucunya, juga ramah terhadap lingkungannya. Dewanya : Bhatara Soma / Dewa Bulan.
Pengaruh Bulan terhadap orang yang lahir hari soma biasanya berwatak pendiam, namun karena pengaruh dari Kala Jerang, maka pada waktu ia marah tidak bisa dikendalikan.
Tapi marahnya hanya sebatas omongan saja. Kebiasaan negatif lainnya, suka membeberkan di sana sini kejelekan orang yang pernah dimarahi. Bhutania : ulu kebo, kalau marah bisa sampai pada gelap hati, dan putus asa,
Kayunia : kayu pule, artinya mempunyai watak suka menolong, tetapi suka juga memperhatikan kesalahan orang lain ; dia sendiri jarang mengevaluasi kekurangan atas dirinya. Wayang-nya : togog, maksudnya pada saat melamun sering membayangkan kemewahan.
Maya-nya : wulan, artinya ingin mendapatkan ketenangan, kedamaian yang menjadi tujuan pokoknya tanpa pernah disadari bahwa hidup itu harus berjuang terus tanpa hentinya, sepanjang tenaga ini masih mendukung.
Lintangnia : naga, artinya sulit diatasi bila tiada bukti atas apa yang dilakukannya itu terbukti salah. Dia harus berbicara berdasarkan fakta.
Penyakit orang-orang kelahiran hari Soma disebabkan oleh bhuta Banaspati. Karena arogansinya, maka sakit yang diderita bisa mengakibatkan anrawang-anruwung perasaannya (sakit hati), tidak enak makan.
Badan terasa nyeri, bahkan sampai kesemutan/keram ngancuk-ancuk, nek di hulu hati, puruh, parang, ngibuk, anyang-anyangan.
Obatnya, kalau sakit kepala obatnya daun sirih yang masih muda, ditambahkan sedikit maswi (masui). Lolohnya : pucuk kecemcem, isen, bawang putih, air jeruk, cuka tahun, air asaban cendana, bawang metambus pada bara api. Lalu dilumatkan dan diisi air, kemudian disaring lalu diminum. Boreh pada badan, bahan yang diolah berasal dari bunga cempaka putih, sindrong, ditambahkan air asaban cendana.
Cara pemakaian : usapkan pada siksikan, daun jambu putih, buah jebug, bawang adas. Boreh pada kaki : serbuk bata jalikan, daun jeruk, daun pule, kasuna dan jangu, 
demikian disebutkan dalam sapta wara pada wariga.
***