Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang artinya bimbing atau tuntun.
Kata pimpin medapat awal pe-menjadi kata benda“ pemimpin” yang artinya orang yang berfungsi memimpin atau menuntun atau orang yang membimbing.
Selanjutnya kata pemimpin ditambah awalan ke- dan akhiran –an menjadi kata sifat yaitu sifat-sifat atau kemampuan seorang pemimpin.
Istilah lain tentang kepeminpinan adalah Leadership. Menurut Hindu diberiistilah Nitisastra sebagai konsep penataan.

Dan adapun tujuan dan pedoman dari kepemimpinan itu dalam materi pelajaran pendidikan agama Hindu disebutkan yaitu :
Di Bali, kepemimpinan juga disebutkan merupakan seni dan teknik dalam rangka meyakinkan dan menggerakan orang lain guna mencapai tujuan tertentu atau tujuan bersama.
Dan sesungguhnya disebutkan bahwa : "Pemimpin yang terbaik adalah mereka yang ingin melayani orang lain, bukan dirinya sendiri."
Dan bukan seperti pepatah orang Bali bilang, "ilang Bojog teko Lutung"; "Penuh pengabdian demi rakyat, namun ada maksud yang tidak baik dibalik itu".
Menurut kepemimpinan masyarakat Hindu di Bali yang berpedoman pada konsep ajaran Asta Brata, jika kita membaca sejarah kepemimpinan di Bali yang sukses ataupun yang kurang berhasil dalam membangun Bali berbasis spiritual misalnya disebutkan bahwa konsep kepemimpinan itu sudah ada sejak ribuan tahun lalu, semua dari mereka berjuang dengan konsep pembangunan yang jelas berbasiskan spiritual
Mampu menggerakkan atau memotivasi jiwa dan semangat semua masyarakat Bali untuk bersama-sama membangun daerah tanpa pamrih dan tanpa merasa berutang kepada sang pemimpin. 
Jiwa dari konsep memotivasi pembangunan ini sudah dikenal di Bali dengan semboyan salunglung sabayantaka, paras paros sarpanaya. Atau mirip dengan semboyan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Ada beberapa ciri pemimpin yang memiliki konsep pembangunan berbasis spiritual. 
  1. Memiliki jiwa dan pandangan hidup yang Pancasilais;
    • Menghormati, menghargai, dan mampu memelihara perbedaan daerah dengan benar, sebagai dasar kesatuan, persatuan, dan kekuatan pembangunan bangsa. 
    • Karena sesungguhnya bangsa yang besar membutuhkan berbagai nilai dari profesi yang berbeda dengan satu tujuan yang sama.
  2. Memiliki jati diri yang jelas sebagai wujud jati diri daerah yang dipimpin; 
    • Wajah pembangunan Bali akan sangat tergantung pada pemimpinnya. Untuk melepaskan diri dari ketergantungan kepada seorang pemimpin, terlepas dari apakah ia pemimpin yang baik atau tidak baik;
    • Maka pembangunan Bali ke depan harus mengutamakan pembangunan pendidikan daripada pembangunan lainnya.
  3. Memiliki kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual yang seimbang. 
    • Kemampuan untuk memprediksi keadaan di saat mendatang adalah kemampuan intelektual. Mempersiapkan kondisi masyarakat secara alami merupakan kemampuan emosional. 
    • Kemampuan dalam memanfaatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi secara mendasar adalah kemampuan spiritual.
  4. Memiliki pola pikir kreatif dan inovatif atas tiap kebijakan yang dibuat. 
    • Memberikan ikan kepada masyarakat yang membutuhkan ikan adalah hal biasa yang justru harus diwaspadai. 
    • Namun memberi pancing dan mengajarkan masyarakat untuk mencari ikan adalah pikiran yang kreatif.
  5. Memiliki kesetiaan kepada daerah yang dipimpin; 
    • Mengutamakan kesetiaan kepada dunia dan mengabaikan kesetiaan kepada saudara sendiri; 
    • Walaupun dengan alasan pembelajaran sekalipun, merupakan tindakan yang tidak mencerminkan kesetiaan kepada daerah sendiri, apalagi hingga memecah belah kesatuan dan persatuan daerah sendiri.
  6. Mampu mengidentifikasi peluang global; 
    • Mengenal kekuatan dunia dengan maksud untuk mencari peluang bagi kemajuan daerah merupakan tindakan mulia. 
    • Tetapi mengenal kekuatan dunia untuk kemudian dipergunakan bagi kepentingan sendiri atau kelompok untuk menguasai daerah sendiri dan menindas saudara sendiri bukanlah kelakuan seorang pemimpin yang baik.
  7. Mampu mengidentifikasi potensi daerah secara mendalam dan holistik, baik mengindentifikasi faktor kekuatan maupun kelemahannya; 
    • Merupakan kewajiban seorang pemimpin sebelum menandatangani kontrak politik dan kebijakan kepemimpinannya dengan masyarakat yang dipimpin.
  8. Mampu membuat kebijakan secara terkoordinasi, transparan, dan sistematis. 
    • Kebijakan yang membumi seperti pembangunan beberapa pura sebagai bagian dari pembangunan tata ruang Bali, pembangunan sistem sosial kemasyarakatan (desa adat pakraman), dan pembangunan seni budaya dan sastra daerah yang melibatkan semua unsur dan lapisan masyarakat, merupakan pembangunan berbasis spiritual. 
    • Seluruh masyarakat dapat berinteraksi secara aktif berkelanjutan dalam melaksanakan kebijakan seorang pemimpin, tanpa dipengaruhi oleh maksud-maksud politis yang tersembunyi.
Seperti diceritakan dalam satua Bali, seorang pemimpin juga hendaknya disebutkan wajib memiliki etika dan berhati mulia, yang dalam satua Bali "I Ubuh lan I Tonya" juga diceritakan,
Jika melanggar etika kepemimpinan juga akan mendapat kesengsaraan.
Dalam Hindu Dharma, berkaitan dengan kepemimpinan ini disebutkan dalam ajaran niti sastra, raja niti dan danda niti yaitu :
  • Niti Sastra, berdasarkan sastra dan ilmu pengetahuan.
    • Memiliki tingkah laku berdasarkan Asta Brata untuk dapat meningkatkan kualitas sebagai seorang pemimpin.
  • Raja dan Danda Niti, sebagai bagian dari arthasastra untuk dapat membimbing umat manusia dalam mewujudkan tujuannya yang dikenal dengan istilah “ Moksartham jagadhita ya ca iti dharma” sebagai tujuan hidup.
  • Lontar Nitipraya merupakan wahyu berbentuk sloka yang diberikan oleh Bhatara Wisnu kepada Bhagawan Dwaipayana.
Menurut para ahli manajemen, kepemimpinan juga dipandang sebagai inti dari manajemen.
Keberhasilan manajemen akan ditentukan oleh keberhasilan dalam memengaruhi orang lain, 
dalam mengarahkan dan mengendalikan orang lain kearah pencapaian tujuan bersama. 
Karena itu, seseorang yang menjalankan fungsi manajemen berkewajiban mempengaruhi orang lain agar tetap melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap terpanggil untuk mencapai tujuan organisasi, dengan melakukan beberapa hal seperti :
  • Perencanaanmenyangkut 
    • penentuan tujuan dan 
    • proses penyiapan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.
  • Penggerakan, berkaitan dengan
    • Membuat orang yang dipimpin bergerak melakukan berbagai aktivitas yang terarah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 
    • Penggerakan dengan demikian menuntut kemampuan dan kecerdasan untuk dapat mengarahkan sumber daya dan segenap jajaran organisasi, 
      • membangkitkan semangat dan kegairahan 
      • untuk melakukan berbagai aktivitas menuju tujuan bersama.
  • Pengawasan
    • menyangkut segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin, bahwa 
      • berbagai kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 
    • Pengawasan mengukur apa yang telah dicapai, menilai pelaksanaan, serta mengadakan tindakan perbaikan dan penyesuaian yang dipandang perlu.
Keberhasilan seorang pemimpin juga tergantung pada kemampuan ilmu kepemimpinan yang dimiliki serta kemampuan secara pribadi dalam mengaktualisasikan syarat-syarat kepemimpinan yang sebagaimana dalam kutipan materi pelajaran pendidikan agama hindu kelas XI disebutkan bahwa :
Seorang pemimpin berkewajiban memiliki berbagai sifat dan syarat kepemimpinan antara lain, Asta Brata, Pramiteng Prabu, Sad Warnaning Rajaniti, Panca Upaya Sandhi,dan Nawa Natya
Dan seorang pemimpin dalam mengemban tugas dan kewajibannya memilih pembantu dan abdinya disebutkan bahwa :
Ibarat memilih dari segunung bibit bunga yang akan ditanam dalam sebuah taman. 
Hendaklah dipilih bibit bunga yang harum baunya, indah warnanya, tidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama, memberikan kepuasan bagi yang melihatnya dan menyentuhnya 
Sehingga tercapai tujuan bersama.
***