Nirguna Brahman

Nirguna Brahman adalah Brahman dalam keadaan nirupam yang tidak berbentuk dalam keadaan suci nirmala, 
  • belum terpengaruh oleh apapun juga dan tidak terjamah oleh belenggu mayā,
  • berkedudukan pada alam utama Satyaloka yang maha sempurna.
Dalam keadaan inilah perwujudanNya disebut sebagai Paramasiwa yaitu :
tanpa sifat
atau manusia tidak mungkin melukiskan sifat-sifat Tuhan Yang Mahakuasa itu yang dalam lontar Wrhaspati Tattwa disebutkan
karena Ia merupakan perwujudan sepi, suci murni, kekal abadi, dan tanpa aktivitas.
Kemudian Paramaśiwa kesadarannya mulai tersentuh oleh māyā.
Dan pada saat seperti itulah,
Ia mulai terpengaruh oleh sakti, guna dan swabhawa
yang merupakan hukum kemahakuasaan Sanghyang Widhi sebagai
Sadaśiwa
yang telah memiliki kekuatan untuk memenuhi segala kehendaknya,
disimbulkan dengan bunga teratai yang merupakan SthanaNya.
Dalam perkembangan selanjutnya Nirguna Brahman inilah dalam ajaran tantra yang sangat tua sekali sebagaimana dijelaskan oleh PHDI dalam kajian sejarah Tantrayana, dari sini muncullah istilah Dewa atau Bhatara yang oleh pikiran manusia
dipandang sebagai manifestasi tersendiri dan juga dipersonifikasikan dalam imajinasi manusia secara tersendiri pula.
Sungguh menginspirasi. Konon semua berasal dari Brahman sebagaimana yang dikutip dari coretan tangan Bale Banjar KHM, Nirguna Brahman tidak lah mungkin untuk dibayangkan atau pun dipikirkan.
    Bagaimana mungkin kita bisa menggunakan pikiran untuk memikirkan,
    Apalagi memahami Ia yang tak berwujud,
    Ia yang Nir Guna – Ia yang tidak terpengaruh oleh Tri Guna baik Sattwam, Rajas maupun Tamas yang merupakan aspek dari Maya.
      Kepada-Nya semesta terserap dalam equilibrium absolut, tidak termanifestasikan. Hana tan hana yaitu ada namun tidak nampak yang dalam paham Tri Purusa dijelaskan bahwa Nirguna Brahman dalam wujud Parama Siwa atau Parameswara yang pada hakekatnya disebutkan
      memuja Tuhan untuk mencapai kebahagiaan niskala yang tidak dapat dilukiskan kebahagiaan itu 
      yang di Bali disebutkan dipuja melalui Meru beratap 11 di tempat - tempat suci maupun di Padma Bhuwana atau Padma Tiga (paling kanan) yang berada di penataran agung pura besakih.
      ***