Segehan

Segehan adalah ritual kurban atau caru dalam tingkatan kecil atau sederhana dari suatu yadnya. Tingkatan yang lebih besar lagi disebut dengan tawur.

Oleh sebagian masyarakat Bali, misalnya di Kabupaten Badung juga dikenal dengan sebutan blabaran. Kata blabaran berasal dari kata blabar ’banjir’, mendapat sufiks –an menjadi blabaran berarti ‘kebanjiran’. Konon, sebutan itu digunakan berdasarkan mimpi yang dialami seseorang.
Maksudnya, apabila ada orang yang bermimpi terkena musibah banjir atau kebanjiran, itu merupakan pertanda buruk. Sehubungan dengan itu, orang yang bersangkutan harus segera mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan atau manifestasi-Nya untuk menangkal mara bahaya yang mungkin akan menimpanya.
Segehan juga merupakan sebuah wujud ritual dalam masyarakat Hindu di Bali yang memiliki bentuk beraneka ragam, sesuai dengan keperluan.

Fungsi dari sěgěhan ada empat, yaitu :
  • Untuk sarana persembahan.
  • Untuk permohonan.
  • Untuk penghormatan
  • Untuk membayar hutang (Bhuta Rnam; Tri Rna).
Berikut beberapa pengertian, tetandingan banten segehan dan saa mantra segehan yaitu :
  1. Segehan Saiban, tetandingan banten jotan atau banten saiban.
  2. Segehan pulangan, segehan manca warna.
  3. Sěgěhan Sah-Sah.
  4. Sěgěhan Cah-cahan
  5. Sěgěhan Agung
  6. Sěgěhan Wong-Wongan.
  7. Segehan Kepel Gede
  8. Segehan Tuutan.
  9. Segehan Tumpeng.
  10. Segehan Tulak.
Sebagai tambahan :
Demikian dijelaskan beberapa jenis segehan dalam artikel Bhujangga Dharma Indonesia (ref), yang sebagaimana disebutkan pula dalam kutipan fungsi canang sari dan segehan, selain berisikan nasi kepel juga berisi :
  • Porosan Silih Asih yang bermakna, pada saat penganut Hindu Bali menghaturkan persembahan harus dilandasi oleh hati yang welas asih serta tulus kehadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa Nya, demikian pula dalam hal kita menerima anugerah dan karunia Nya. 
  • Bunga, cukup sehelai.
  • Garam  sebagai simbol satwam : sifat kebijaksanaan.
  • Irisan bawang sebagai simbol tamas : sifat kemalasan.
  • Irisan jahe sebagai simbol rajas : sifat semangat.
Garam, bawang dan jahe merupakan simbolis untuk mengembalikan Tri Guna (Satwam-Rajas-Tamas) kepada asalnya.
Demikian disebutkan segehan dari beberapa kutipan.

Dan setiap menghaturkan segehan lalu di siram dengan tetabuhan, tetabuhan ini bisa menggunakan air putih yang bersih, atau tuak, brem, dan arak. Dengan cara mengelilingi segehan yang di haturkan. 

Ketika menyiram atau menyiratkan kita ucapkan doa :
Om. Ibek Segar, Ibek Danu, Ibek Bayu, Premananing Hulun.
***