Woh-Wohan

Woh-Wohan adalah buah-buahan dan sarwa pala wija sebagai persembahan yang dalam Lontar Tegesing Sarwa Banten disebutkan bermakna :
"Penyebab dari perasaan itu menjadi lebih baik dan dapat memberikan penerangan pada kehidupan ini".
Sebagai hasil dari kehidupan agraris di Bali, woh-wohan menjadi bagian dari raka-raka yang dirangkai dalam bentuk banten seperti halnya dalam penggunaan tetandingan banten yang dalam menyajikan ataupun mempersembahkannya hendaknyalah juga disebutkan :
  • Berhati suci dan ikhlas;
  • Jangan sampai berbicara yang kasar, kotor dan lain-lain.
Dalam Bhagawad Gita IX sloka 26 disebutkan pula hendaknya persembahan tersebut juga didasari oleh cinta yang keluar dari lubuk hati yang suci seperti contohnya penggunaan buah-buahan dalam rangkaian upacara yadnya :
  • Buah Salak sebagai simbul nunas Amertha Kamandalu, agar diberikan kekuatan fisik, akal dan budhi.
  • Biu merupakan salah satu wakil dari tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikarunia oleh Hyang Widhi Wasa.
  • Penggunaan kelapa diceritakan juga bermula saat Dewa Siwa melepaskan panah untuk memotong satu di antara lima kepala Dewa Brahma sehingga Dewa Brahma menjadi berkepala empat.
  • Pangi sebagai lambang atau simbol sarwa pala bungkah yaitu tumbuh - tubuhan yang berbuah sebagai cerminan Sang Hyang Boma yang berarti sesuatu yang tumbuh atau lahir dari bumi atau sesuatu yang berhubungan dengan bumi.
  • Buah apel biasanya dipasang di bagian tengah bawah dan tengah atas gebogan. Warnanya yang mencolok akan membuat gebogan lebih indah dan enak dipandang.
***