Benang Tri Datu

Benang Tri Datu (Tridatu) adalah benang yang terdiri dari tiga macam warna yaitu : merah, putih dan hitam yang merupakan 
simbol manifestasi Hyang Widhi yang dibuat oleh pemangku di pura pada saat hari baik dan memiliki makna meningkatkan aura tersendiri.

Tiga warna benang Tri Datu juga sebagai lambang Kesucian Tuhan dalam manifestasinya sebagai Brahma (pencipta), Wisnu (pemelihara), dan Dewa Siwa (pelebur), disamping sebagai lambang Tri Kona, yaitu 
  • Lahir, 
  • Hidup dan 
  • Mati, 
Dengan memakai Tri Datu kita semakin terikat akan tiga perjalanan kelahiran kita ke dunia, setelah kita lahir dan sekarang kita hidup, yang kita tunggu adalah kematian
dengan adanya simbol ini kita akan selalu ingat akan lingkaran kehidupan bahwasanya kita akan menunggu kematian, agar kematian kita semakin baik dan yang kita cita-citakan maka kita selalu berbuat baik, maka dengan demikian bahwa dengan menggunakaan Benang Tridatu kita akan semakin mawas diri tentang perjalanan hidup ini selain selalu ingat akan Tuhan
Dan sejarah pemakaian benang TRIDATU dimulai pada abad 14-15 saat Dalem Watu Renggong berkuasa menjadi raja diraja di Bali, saat menaklukkan dalem Bungkut / nusa oleh patih Jelantik, telah terjadi kesepakatan anatara Dalem Bungkut/Nusa dengan Dalem Bali, 
bahwa kekuasaan Nusa diserahkan kepada Dalem Bali begitu pula rencang dan ancangan Beliau (Ratu Gede Macaling) dengan satu perjanjian akan selalu melindungi umat Hindu / masyarakat Bali yang bakti dan taat kepada Tuhan dan leluhur, sedangkan mereka yang lalai akan dihukum oleh para rencang Ratu gede macaling, 
Bila Beliau akan melakukan tugasnya maka Kulkul Pajenanengan yang kini disimpan dan disungsung di puri agung klungkung akan berbunyi sebagai pertanda akan ada malapetaka atau wabah, sehingga supaya dapat membedakan masyarakata yg Bakti dengan tidak ditandai dengan pemakaian benang TRIDATU, dan sejalan dengan identitas Hindu Bali maka benang TRIDATU merupakan Indentitas yang tidak tergantikan oleh apapun karena selalu dilindungi oleh kekuatan TUHAN. Sumber komentar forum diskusi hindu nusantara (ref)
***