Swargarohanaparwa

Swargarohanaparwa adalah akhir cerita dari epos mahabharata yang menceritakan perjalanan para pandawa menuju sorga, alam swah loka yang mengusik renungan kita tentang kualitas dari karma wasana yang telah mereka perbuat semasa hidupnya.

Dikisahkan ujian bagi Dharmawangsa dalam Wahana08′s Weblog disebutkan kepergiannya ke Sorga memang tidak seorang diri, ia diiringi oleh seekor anjing yang amat setia, namun terlihat suasana yang terbalik :
  • Para Korawa di Sorga
  • sementara keluarga Pandawa di Neraka.
Dalam perjalanan beliau tersebut, turunlah Bhatara Indra seraya menyapanya:
“Hai anakku Sang Dharmawangsa janganlah ananda bersedih atas kematian adik-adikmu, seperti itu memang yang ditemui oleh manusia.  
Berbeda dengan dirimu yang dapat moksa, masuk surga bersama badanmu,  
karena Ananda melaksanakan Dharma Jnana.”
Sang Dharmawangsa menjawab : 
“Wahai Dewa Indra, sungguh besar anugerahmu kepada hamba, hamba menerimanya bila anjing yang setia mengiringi hamba ini turut juga masuk sorga, hamba tidak dapat meninggalkannya (saka ri tan wenang nghulun tuminggalakena ya).
Hyang Indra menjawab, 
“Maharaja Dharmawangsa, apa gunanya anjing itu turut ke sorga, karena ia kotor, ia akan dihentikan oleh para dewa
Janganlah Ananda menaruh kasihan kepadanya”.
Sang Dharmawangsa perlahan menarik napas panjang seraya menjawab,
Dewata yang mulia, hamba tidak dapat memotong rasa bhaktinya (bhaktityaga) untuk meninggalkannya, karena ia selalu setia mengikuti kemanapun hamba pergi. 
Orang yang bhaktityaga atau memotong rasa bhakti akan besar dosanya. Oleh karena itu hamba tak ingin meninggalkannya”. 
Dharmawangsa juga menjelaskan bahwa, 
meninggalkan orang yang setia bhakti ketika ia masih hidup, sama halnya dengan membunuh seorang wanita yang bijaksana, juga membunuh brahmana, tidak menolong orang yang memerlukan pertolongan, 
karenanya ketika ia tidak patut ditinggalkan. “Hamba tidak akan menemui sorga kalau meninggalkannya".
Setelah mengucapkan hal itu, si anjing yang setia menghilang, dan hadirlah Sang Hyang Dharma lalu memeluk Sang Dharmawangsa.
“Ananda Sang Dharmawangsa, sudah dua kali Ayahanda mengujimu. 
Dahulu tatkala Ayahanda mengujimu ketika ananda memilih Sang Sahadewa untuk dihidupkan di antara empat saudaramu yang meninggal dunia karena meminum air larangan, tampak sekali perbuatan dharmamu,” demikian Sang Hyang Dharma menjelaskan.
Jadi Sang Hyang Dharma telah menguji Sang Dharmawangsa dengan anjing yang setia. Sang Dharmawangsa benar-benar tidak ingin berpisah dengan anjing itu, sekalipun ia dapat masuk sorga tanpa anjing,

  • Dharmawangsa tidak mau memotong kesetiaan, 
  • sekalipun dari seekor binatang dan itu adalah ujian yang kedua baginya Dharmawangsa, dan beliau dinyatakan lulus oleh Sang Hyang Dharma.
Begitulah Sang Dharmawangsa menegakkan kebenaran dan keadilan. Suatu sikap yang perlu dicontoh oleh setiap pemimpin. Sang Hyang Dharma telah memberi ujian yang begitu berat kepada Sang Dharmawangsa, dan beliau lulus. Ujian yang menyangkut kualitas pikiran.
Hanya orang seperti itu yang dapat kembali moksa ke sorga bersama badan wadag-nya (matangyang muliha ring swarga lawan sariranta).
Demikian kisah perjalanan Sang Dharmawangsa, sebuah kisah perjalanan yang penuh nilai spiritual.
Ada pergulatan pikiran dan perasaan, ada perenungan yang mendalam disini. Terlebih lagi kita kaitkan dengan perjalanan beliau di Sorga selanjutnya.
‘Setelah tiba di Sorga, Sang Dharmawangsa langsung menanyakan dimana sanak saudaranya berada termasuk Dewi Drupadi. Sang Dharmawangsa tidak menemui mereka di Sorga. Kepada Bhatara Indra yang ada di sana beliau menanyakannya.
“Dimanakah saudara hamba semua dan Drupadi berada? 
Tolong beritahukan hamba !”.
Kemudian Bhatara Indra menjawabnya,
“Wahai Maharaja Dharmawangsa janganlah Ananda bingung tentang keberadaan saudaramu semua. 
Seorang raja tidak boleh berfikir seperti manusia ketika ia berada di Sorga, 
karena ia harus mengikuti hasil perbuatannya, karenanya mereka tak dapat disatukan dengan Ananda”.
Maharaja Dharmawangsa menegaskan:
”Tak patut orang seperti hamba menghilangkan rasa kasih kepada keluarga hamba dan Dewi Drupadi, karena kami harus bersatu sekalipun menemui penderitaan. 
Kesimpulannya hamba tidak bersedia berada di sorga ini apabila tidak bersama dengan saudara hamba dan Dewi Drupadi. Itulah permintaan hamba”. 
Betapa terkejutnya Hyang Indra mendengarkan jawaban tegas Sang Dharmawangsa seorang Maharaja yang memiliki kesetiaan yang begitu besar dengan saudara-saudaranya dan Dewi Drupadi. 
Ikatan kasih dalam bersaudara dan berkelurga ditunjukkan disini tidak dalam kata-kata saja tetapi juga dalam tindakan.
Sang Dharmawangsa pun lalu meninggalkan sorga untuk mencari saudara-saudaranya dan Dewi Drupadi.
Temyata saudara-saudaranya dan Dewi Drupadi berada di neraka. 
Setelah melewati perjalanan di kegelapan dan jalan yang begitu mengerikan ditemuilah tempat ke tempat saudaranya bersama Dewi Drupadi. 
Tempat yang kotor, bau busuk dan lalat hijau menyerubungi, serta lintah berkeliaran. 
Atma yang sengsara berkumpul di sana sambil menjerit mengaduh menahan derita sakit. Sangat sulit menggambarkan suasana mereka yang mengerikan dan menjijikkan itu. Namun Sang Dharmawangsa sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana itu.
Akhirnya bertemulah Sang Dharmawangsa dengan saudara-saudaranya dan Dewi Drupadi di Yama loka atau Neraka. Tidak lama setelah itu ternyata Neraka berubah menjadi Sorga, alam swah loka yang harum mewangi (mangkana tilang yamaniloka matemahan swarga mwang ikang durganda nguni matemahan juga ndakusuma).

Ternyata hal ini dalam Swargarohanaparwa (18), mahabhrata blog disebutkan dikarenakan,
  • Para Pandawa dan Dropadi pernah berdosa sedikit sehingga harus dihukum sebelum masuk sorga.
  • Sedangkan para Korawa pernah berbuat baik sedikit sehingga awalnya dapat menikmati sorga sebentar, 
    • tetapi perbuatan jahatnya jauh lebih banyak, sehingga Nerakalah menjadi akhir dari hukumannya.
***