Max Muller

ANOTHER CHILDHOOD MEMORY
"Childhood has its secrets and its mysteries;
but who can tell or who can explain them!" -Max Muller
Max Muller (dengan nama lengkap Federick Maximilian Muller) adalah seorang peneliti usia weda yang menyatakan bahwa weda diturunkan sekitar 1.200-800 tahun Sebelum Masehi.

Dahulu dalam sejarah kasta di Bali disebutkan bahwa beliau merupakan sarjana keturunan Jerman, Anggota Gereja Kristen Oxford tahun 1851; 
Menerima bayaran sangat tinggi dari East Indian Company untuk setiap lembar terjemahkkan Weda. Surat Max Muller tertanggal 25 agustus 1856 dan tanggal 16 Desember 1868 mengungkapkan fakta bahwa Max Muller ingin membawa kekristenan di India dan menyingkirkan agama Hindu (www.encyclopedia of authentic Hinduism).
Max Muller pernah menulis surat pada istrinya, tanggal 9 Desember 1867 yang dipublikasikan di London dan New York tahun 1902 sebagai berikut : 
“Penerjemahan Weda selanjutnya akan memberitahu untuk sebagian besar pada nasib India terhadap pertumbuhan jutaan jiwa negeri itu, ini adalah akar dari agama mereka, dan untuk menunjukkan kepada mereka apa akar adalah saya merasa yakin, adalah satu-satunya cara mencabut semua yang telah bermunculan dari itu selama 3000 tahun terakhir"(www.wikipedia.org/max muller) 
Tulisan-tulisan Max Muller didukung rekan-rekannya antara lain William Jones dan Herbeith Hope Risley. DR. William Jones seorang pemikir politik radikal, menikahi putri tertua DR.Jonathan Shipley, Uskup Landraff dan Uskup St.Asaf. Bekerja sebagai Hakim di Kalkuta, juga merangkap Kepala The Asiatic Society of Bengal, secara diam-diam juga merangkap sebagai misionaris.

Dalam suatu rapat besar atas nama pemerintah Inggris, William Jones marah besar kepada para misionaris karena dianggapnya tidak mampu mengkonversi umat Hindu menjadi umat Kristen. William Jones berkata : 
Kalian para misionaris ini terlalu bodoh, bagaimanapun upaya kalian baik para zending (misionaris) Protestan maupun Katolik tidak akan mampu mengkonversi orang-orang Hindu, sebab mereka sangat kuat keyakinan mereka terhadap kitab-kitab sucinya. Satu-satunya cara agar orang-orang Hindu mau pindah menjadi umat Kristen adalah mengacaukan isi kitab suci mereka. 
Posisikan kitab mereka lebih rendah dari kitab Injil dan angkat setinggi-tingginya kitab Injil . (The true history and the religion of India, dalam I Ketut Donder.
Media Hindu edisi 92, Oktober 2011 halaman 44-45) Ada dua rencana rahasia yang disusun secara teliti oleh William Jones sebagai wakil kolonialis Inggris di Kalkuta. 
  • Rencana pertama : penyesatan pengertian kitab suci Weda termasuk sejarah India
  • Kedua : menerapkan teori rasialis (kasta) dengan maksud agar terjadi perpecahan pada masyarakat India. 
Kedua rencana tersebut dijalankan secara simultan. William Jones lah yang pertama kali mengusulkan pembagian rasial (kasta) di India yang melibatkan teori Invasi Arya-nya Max Muller. Usulan pembagian kasta di India didukung oleh Herbeith Hope Risley, administrator Inggris di India. ( Lihat william Jones dalam www.wikipedia.org/wiki/wlliamjones(philologis).

Pada tahun 1901 Herbeith Hope Risley administrator Inggris di India mengesahkan teori rasialis (kasta) Max Muller dan William Jones menjadi Undang-undang Kolonial yang diberlakukan diseluruh anak benua India. Thomas Trautman menyebut publikasi-publikasi tulisan Risley yang berjudul Study Etnologi di India (1891) sebagai teori rasial peradaban India. Trautman mengganggap H.H. Risley dan Max Muller sebagai arsitek kasta-isme di India.( www.wikipedia.org/herbeit hope risley).
Hasil upaya dan strategi misionaris Kristen yang berkedok Ilmuwan Indolog tersebut berdampak negatif terhadap Agama Hindu di seluruh dunia sampai kini.
Dari publikasi tulisan-tulisan Indolog tersebutlah muncul istilah Kasta yang selalu dikait-kaitkan dengan Agama Hindu. Dengan dukungan penguasa kolonial dan penguasa pribumi boneka kolonial, Konsep kasta yang dilekatkan kedalam agama Hindu diterapkan secara paksa kepada Rakyat India dengan aturan aturan sesuai selera kolonial. 
Rakyat India dibagi-bagi dalam berbagai Kasta dengan menggunakan dalil-dalil Weda versi terjemahan Max Muller dkk. Buku-buku Max Muller sampai sekarang laris manis dipakai bahan referensi oleh penulis-penulis pseudoilmiah, terutama buku-buku sekolah, karena membawa misi penyesatan.
Sebelumnya konsep kaku kasta tidak ditemukan didalam masyarakat Hindu India, baik jaman Mahabarata maupun jaman sesudahnya. Beberapa bukti sejarah bahwa kasta yang kaku tidak parnah ada dalam masyarakat Hindu India : Jaman Mahabarata (3500 th.SM) sampai Dinasti Gupta abad ke 6 Masehi sebagai berikut:
  • Raja Sentanu menikahi Setyawati, puteri seorang nelayan 
  • Bambang Ekalaya, rakyat biasa menjadi ksatrya. 
  • Radeya, anak kusir kereta menjadi Adipati( ksatrya). 
  • Kresna,warna kulit hitam, anak penggembala sapi (Kresna disebut juga Govinda/ Gopala= anak gembala sapi), bisa menjadi Raja (kesatrya). 
  • Narada muni anak pembantu rumah tangga ( Babu ) bisa menjadi Brahmana 
  • Maharsi Viyasa ( di Jawa disebut Bagawan Abiyoso), berkulit hitam, hidung lebar, bibir tebal, mata melotot, ibundanya seorang tukang perahu/nelayan. Dianggap ‘Nabi” oleh umat Hindu, karena beliaulah yang mengkodifikasi Weda. Maharsi Viyasa disebut juga Krisna Dwipayana, karena berkulit hitam, bukan Ras Arya, Bisa menjadi Brahmana 
  • Kavash Ailush lahir dari rakyat biasa, bisa menjadi Brahmana. Kavish Ailush berperan dalam penulisan mantra Weda drsta untuk Rig Weda mandala 10 
  • Putra Jabala’s (Satyakama) lahir dari ayah yang tidak diketahui, bisa menjadi Brahmana (Rsi) karena rajin belajar mantra-mantra Weda. 
  • Matangga dari kalangan bawah (sudra), bisa menjadi Rsi (Brahmana) karena kwalitasnya. 
  • Maharsi Walmiki, penulis wiracarita Ramayana. Sebelum jadi Maharsi (Brahmana) adalah seorang pencuri dan perampok Ayahnya bernama Sumali, Rakyat biasa (Sudra), bukan Ksatrya ataupun Brahmana. 
    • Walmiki nama lahirnya adalah Ratnakara. 
    • Setelah merampok Narada Muni, terjadi percakapan antara Walmiki dan Narada, Walmiki akhirnya sadar, dan mulai belajar Agama dan akhirnyamenjadi Maharsi. 
  • Thiruvalluar,anak seorang tukang Jahit/penenun, berkat keuletannya belajar bisa menjadi Bharmana. Thiruvalluar penulis buku Thirukural di India Selatan . 
  • Dewi Subadra (di Jawa disebut Roro Ireng karena berkulit Hitam ), Jelas bukan Ras Arya karena berkulit Hitam, menikah dengan Arjuna yang berkulit Pucat/putih. 
  • Prahlada anak seorang Raksasa bernama Hiranya Kasipu bisa menjadi Brahmana.
 ***