Menhir

Menhir adalah kebudayaan di zaman megalitikum yang menjadi cerminan bahwa perkembangan religi suatu daerah pada masa itu telah maju.
Dahulu pada masa Bali Mula, juga disebutkan sebuah menhir mengandung nilai-nilai keagamaan yang penting, sebagai pemujaan kepada Batara Wisnu yang menjadi lambang kesuburan yang dapat memberi kehidupan kepada masyarakat.
Sebagai salah satu penciri utama budaya megalitik, pembuatan menhir disebutkan dalam wikipedia telah dikenal sejak periode Neolitikum (mulai 6000 Sebelum Masehi). 
Beberapa menhir memiliki pahatan pada permukaannya sehingga membentuk figur tertentu atau menampilkan pola-pola hiasan. Menhir semacam ini dikenal sebagai menhir arca (statue menhir).
Menhir berbentuk batu berdiri tegak yang dalam bahasa Bali disebut dengan batu madeg (berdiri) dan sebagai salah satu dari Pura Catur Lokapala, Pura Batu Madeg yang dalam aci penaung bayu Pura Batumadeg besakih disebutkan terletak di utara Pura Penataran Agung Besakih
Disebut Pura Batu Madeg karena di pura tersebut terdapat sebuah batu yang tegak. ''Batu madeg'' atau ‘batu ngadeg’ (bahasa Bali) diartikan batu tegak atau batu berdiri. 
Pada zaman kebudayaan megalitikum, batu berdiri ini disebut pula menhir. Meru Tumpang Sebelas dengan Batu Madeg di dalamnya inilah pelinggih yang utama di Pura Batu Madeg tersebut.
Di Pura Batu Madeg terdapat lima buah pelinggih Meru, berada di sisi timur areal jeroan pura, berjejer dari utara ke selatan. 
Di sisi utara ada dua Meru Tumpang Sembilan. Yang paling utara merupakan palinggih Ida Manik Angkeran sedangkan di sisi selatannya palinggih Ida Ratu Mas Buncing. 
Di selatan palinggih Ida Ratu Mas Buncing yaitu Meru Tumpang Sebelas yang di dalamnya terdapat ‘batu madeg’. 
Meru inilah sebagai palinggih yang paling utama sebagai stana pemujaan Batara Sakti Batu Madeg sebagai manifestasi Batara Wisnu dengan upacara yadnya rutin yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali dan diselenggarakan pula upacara khusus, seperti tahun-tahun sebelumnya :
  • Usabha Siram yang dilaksanakan setiap Purnama Kalima 
  • dan upacara Aci Penaung Bayu yang diselenggarakan pada Tilem Kalima.
Begitupun peranan para undagi dari zaman dahulu sangatlah besar jasanya sebagai arsitek dalam hal pembuatan bangunan suci ini termasuk menhir yang terlihat keberadaannya tersebar di beberapa wilayah di Bali seperti misalnya :
  • Terdapat di Pura Ratu Gede Pancering Jagat di Trunyan. Di pura ini terdapat sebuah arca yang disebut arca Da Tonta yang memiliki ciri-ciri yang berasal dari masa tradisi megalithik. Arca ini kira-kira tingginya hampir 4 meter. 
  • Di desa Gelgel yaitu sebuah arca menhir yaitu terdapat di Pura Panataran Jro Agung.
  • dll
***