Shakti

Shakti adalah energi berbentuk mantra yang berasal dari akar kata shak, 
yang berarti mendapat energi atau kekuatan. 
Energi ini, seperti misalnya dalam berlatih shakti yoga disebutkan digunakan untuk membantu pembersihan bathin kita secara efektif dan cepat.
Dimana dalam tubuh manusia, shakti disebut kundalini. Energi ini terletak pada dasar saraf tulang belakang.
  • Mengaktifkan kekuatan kundalini yang dalam ajaran Tantra bertujuan untuk dapat membangkitkan energi kosmik (shakti) ini dan menyalurkannya pada chakra-chakra,
  • Sehingga bisa menyatu dengan Shiva di cakhra mahkota. 
Dari dualitas Shakti-Shiva, kembali manunggal, penyatuan moksa tersebut dengan yang maha-absolut.
Dalam filsafat Sivaisme dikatakan oleh PHDI dalam menetralisir shakti dan shanti dikatakan juga telah dipertegas bila shakti memiliki dua perwujudan yang kontradiktif yakni cit shakti dan maya shakti (vidya maya, avidya maya).
  • Vidya maya dapat membantu evolusi jiwa untuk menyadari sang diri yang sejati, sebaliknya 
  • Avidya maya menimbulkan kesesatan pikiran sehingga memandang yang tidak kekal sebagai keutamaan. 
Tentu pengaruh avidya maya lebih dominan dalam dunia materi sebagaimana kata shakti yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk menggambarkan kehebatan-kehebatan yang dapat ditonton maupun dipertontonkan, atau setidaknya sanggup dinarasikan dengan penuh kehebohan.

Begitulah selanjutnya shakti bukan lagi dilukiskan sebagai bagian dari penguasa tertinggi, namun membadan dalam figur-figur yang mampu melakukan hal-hal yang tidak sanggup dikerjakan oleh manusia pada umumnya.
Pastinya shakti dalam pengertian avidya maya sangat kontradiktif dengan keterwujudan shanti (kedamaian), baik kedamaian di luar diri si pelaku maupun secara internal bagi dirinya sendiri.
Ketika keadaan masyarakat terpelihara ketenteramannya kepemilikan shakti memang ada dalam wilayah vidya maya karena pemilik kekuatan masih dipersepsikan terpusat pada tokoh-tokoh agama yang identik dengan kesalehan. 
Bukanlah mustahil bila pada suatu waktu tokoh-tokoh keagamaan yang memegang teguh nilai-nilai kebajikan menjadi kewalahan menghadapi ulah oknum-oknum yang mengagungkan avidya maya. 
Periode krisis ketika adharma merajalela bukan selamanya merugikan agama, namun dapat menjadi kesempatan bagi pemuja Tuhan untuk menyatakan diriNya lebih utama daripada kejahatan.
Keberadaan dua kekuatan shakti yang sama-sama berasal dari kemahakuasaan Tuhan ini kemudian melahirkan persepsi tentang white magic dan black magic dalam cerita yang dituturkan secara turun temurun.
***