Marga Tiga

Marga Tiga yang juga disebut peteluan, pertigaan adalah penguasa bermacam-macam kekuatan magis sebagaimana disebutkan Aura Mistis Marga Tiga yang dihuni oleh makhluk alam,
secara kasat mata, marga tiga menjadi sentra untuk melakukan berbagai kehidupan. 
Marga tiga sebagai pertigaan jalan menjadi pusat aktivitas kehidupan, pusat perhatian dan dengan rambu - rambu yang ada, ke mana perjalanan selanjutnya. 

Marga Tiga sebagai tempat upacara yadnya baik itu manusa yadnya, dewa yadnya, bhuta yadnya, juga kerap menggunakan marga tiga. Lebih-lebih nebusan bagi orang yang meninggal dunia  tanpa jasad. Ini artinya,
Marga tiga menjadi sentra upacara. 
Karena, diyakini marga tiga memancarkan kekuatan magis. Dengan menggunakan marga tiga, maka kekuatan semua penghuni alam bisa menjadi saksi dan bisa mohon semua penghuni alam, atau segala penjuru bisa dijadikan media permohonan sesuai dengan yadnya yang dilaksanakan.
Umat Hindu Dharma di Bali, dalam melaksanakan ajaran agama, sangat dekat bahkan menyatu dengan alamnya, sehingga agama tidak hanya mengajarkan umatnya filsafat, justru lebih dekat dengan praktek yang sesungguhnya yaitu dengan : 
  • Menabur benih-benih toleransi begitu tinggi terhadap semua kehidupan. 
  • Menghormati segala kehidupan jagat ini; 
    • Karena semua yang ada di bumi ini merupakan ciptaan Hyang Widhi. 
    • Termasuk benda mati pun dipandang memiliki roh.
Karena konsisten dengan alam, tidak salah setiap isi upakara tetandingan banten bersumber dari alam, contoh sederhananya, 
  • Persembahan yang dilakukan umat Hindu tidak lepas dari air, buah, bunga, api, daun yang semuanya berasal dari Panca Maha Bhuta dari kekuatan alam ini yang memberikan kehidupan dan dari mana manusia berasal.
Marga Tiga yang memiliki kekuatan magis sebagai tempat suci dan isi dari upakara yadnya sebagaimana disebutkan :
***