Kearifan Lokal

Kearifan Lokal (atau Populer dikenal dengan Local Genius atau Local Wisdom) adalah kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan atau budaya lokal setempat, hal ini tampak bersinergi dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dimana dalam sebuah ritus keagamaan seperti halnya dapat dijelaskan :
Dahulu, ketika kedatangan Agama Hindu di Bali disambut dengan adaptasi budaya sebagai kebudayaan yang patut dijaga dalam dimensi kehidupan manusia yang disebutkan memunculkan kearifan lokal atau populer dikenal dengan local genius di Bali.
Penelitian para ilmuan juga menyatakan; orang Bali merupakan keturunan Austronesia yang telah menyebar ke seluruh Bali. Mereka masih hidup berkelompok di bawah pimpinan kepala kelompoknya masing-masing. 
Kelompok-kelompok inilah menjadi cikal bakal desa yang ada di Bali sekaliligus disebut Bali Mula. Pada masa itu orang-orang Bali masih belum beragama, namun sudah menyembah roh leluhur yang mereka sebut Hyang
Jika dikaji dari pandangan spiritual, mereka masih hampa. Keadaan demikian berlangsung sampai pada abad ke-14 sesudah masehi, hal ini tertuang dalam berbagai Purana yang tersebar di seluruh Bali. 
Pengaruh Majapahit melalui Patih Gajah Mada sesudah abad ke-14 dengan agama Siwa Buda-nya yang berkepentingan memasukan agama tersebut berhasil mempengaruhi penduduk Bali dataran rendah. 
Namun, beberapa penduduk yang berkeyakinan berbeda melarikan diri ke daerah pegunungan yang kemudian mendirikan permukiman yang tidak terpengaruh oleh pengaruh Majapahit.
Secara umum, konsep Tri Krangka Dasar Agama Hindu yang telah memberikan pedoman terhadap aspek beragama dalam Agama Hindu seperti konsep; Tattwa, Etika, dan Acara merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. 
Bahkan di Bali, penekanan upacara pada aspek acara dalam konsep tersebut sangat dominan seperti pada pelaksanaan upacara yajña.
Upacara merupakan aspek yang paling dominan dalam kehidupan beragama di Bali. Dalam merealisasi pelaksanaan upacara tersebut selalu diiringi oleh panca gita dengan lima jenis suara yang mengiringi pelaksanaan upacara yajña di antaranya: 
Umat Hindu khususnya yang berada di Bali, dalam pelaksanaan upacara keagamaan tidak pernah terlepas dengan penggunaan bunyi gamelan sebagai sarana untuk mengiringi upacara tersebut. Gamelan di samping sebagai suatu kesenian tradisional, juga merupakan sarana pelengkap dalam berbagai aspek kegiatan yang bersifat ceremonial. 
Setiap kegiatan yang telah mengakar dalam masyarakat tertentu dengan pementasan seni yang dilaksanakan secara rutin.
Sebagai perwujudan seni budaya bangsa, tradisional Bali yang juga mengandung sari-sari budaya dan peradaban, seperti etika, estetika, logika, solidaritas, spiritualitas dan aneka kearifan lokal yang dilandasi dengan konsep :
  • Rwa Bhineda, perbedaan tersebut tidak harus dipertentangkan, melainkan diharmoniskan (serasi, selaras dan seimbang).
  • Catur Purusha Artha, dengan perpaduannya sehingga tercipta kehidupan yang seimbang, selamat dan sejahtera.
  • Desa Kala Patra, pedoman berdasarkan tempat atau lingkungan.
  • Sad Kerti, menjaga hubungan kesucian dan keseimbangan alam ini secara sekala dan niskala
  • Tri Hita Karana, pembinaan hubungan yang harmonis, baik secara vertikal maupun horizontal.
  • Macarikan dapat mematikan ayam hitam.
  • dll
***