Lontar Kemoksan

Lontar Kemoksan | atau Kalepasan disebutkan adalah lontar yang menuntun menuju jalan moksa yang bersifat Aja Wera, nilai - nilai luhur yang terkandung didalamnya adalah tentang cara-cara untuk mencapai tujuan hidup dengan melalui praktek-praktek / pelaksanaan ajian-ajian (mantra). 

Berbagai ajian-ajian ditawarkan dalam naskah lontar ini, dan apabila seseorang tersebut mampu menerapkan ajian tersebut maka akan tercapai apa yang dikehendakinya, baik itu kawisesan (kecerdasan) maupun kamoksan. 

Ajian-ajian yang terdapat dalam naskah ini memiliki nilai kesakralan tinggi.

Hakikat ajian tersebut bersifat sangat rahasia dan tidak semua bisa mempraktekkannya sehingga memerlukan kesigapan, ketelitian, ketekunan dan ketajaman batin pembacanya. 

Lontar kamoksan ini terdiri dari :
  • Semua indriya akan ditarik dari obyek kenikmatannya dan berkumpul kedalam Citta, Buddhi, dan Manah yang tidak tertutupi oleh apa-apa,
    • Kemudian Ia akan keluar melalui ubun-ubun (Siwaduara),
    • lalu Omkara sabda yang berada didalam hati itu akan menghilang dan menghilangkan dari apa yang didengar pada waktu Siwa berwujud sebagai Siwatman,
  • Sedangkan Omkara dihilangkan maksudnya adalah agar Citta itu diluputkan dari Angga Pradhana, dan menyatu dengan suksma (alam halus) kembali.
Disebutkan pula, sebagai pahala membaca, mendengarkan, dan mendiskusikan teks-teks suci tersebut, selama hidupnya manusia dapat mencapai ketenangan pikiran, melenyapkan niat-niat jahat, kotoran diri, noda, dan dosa, serta ketika ajal tiba akan menemukan sorga dan moksa.

Oleh karena itu perlulah kiranya pembaca bila ingin mempraktekkan ajian-ajian ini dituntun oleh seorang guru agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sebagai tambahan, dalam kelompok lontar yama kamoksan sebagai salah satu petunjuk dalam upacara pitra yadnya disebutkan yaitu :
  1. Yama Tattwa tentang bentuk petulangan pengabenan dan bebantenannya
  2. Lontar Yama Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan (Lontar Kamoksan) atau pencarian atma dan hari baik-buruk (ala ayuning dewasa) melaksanakan upacara), 
  3. Lontar Yama Purwana Tatwa (mengenai susunan acara dan bentuk rerajahan kajang)
  4. Secara teologis dinyatakan dalam naskah Yama Purwwa Tattwa, bahwa rangkaian upacara ngaben (baik nyawa / sawa wedana, swasta, dan yang sejenis dalam upacara kematian),
    • Sesungguhnya ditujukan kehadapan Sang Hyang Siwa (Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai asal dan semua ciptaanNya di dunia maupun alam Bhuwana Agung ini). 
  5. Lontar Tattwa Loka Kreti yang menjadi dasar hukum dan dasar pemikiran bagi umat Hindu untuk menjadi landasan upacara ngaben sebagai pengembalian unsur-unsur yang melekat dalam badan kasar dan halus dari roh bersangkutan.
  6. Tutur Kuranta Bolong berisikan perjalanan sang ruh setelah kematian untuk menuju alam Surga.
Ada kisah menarik dari Sang Jaratkaru setelah ia mengalami realisasi tapa, orang suci ini sungguh berhasil menguasai ilmu gaib Aji Kalepasan atau Kamoksan ini, selanjutnya ia dapat mengembara ke berbagai dimensi alam. 
***