Ngaben Pranawa

Ngaben Pranawa adalah nama jenis ngaben yang mempergunakan huruf suci sebagai simbol sawa dalam pranawa ini.

Dimana pada sawa yang telah dikubur tiga hari sebelum pengabenan diadakan upacara Ngeplugin atau Ngulapin. Pejati dan banten pengulapan di Jaba Pura Dalem dengan sarana bebantenan untuk pejati
sebagai ungkapan rasa kesungguhan hati kehadapan Hyang Widhi dan manifestasiNya untuk melaksanakan upacara yadnya ini.
Ketika hari pengabenan jemek dan tulangnya dipersatukan pada pemasmian. Tulangnya dibawah jemeknya diatas. 
Kemudian berlaku ketentuan seperti amranawa sawa yang baru meninggal. 
Ngasti sampai ngirim juga sama dengan ketentuan ngaben amranawa sawa baru meninggal, seperti yang telah diuraikan sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan Makalah Upacara Ngaben di Bali.


Ada lima jenis Pengabenan Pranawa dalam tata cara indik ngaben disebutkan :
  1. Sawa Pranawa: Disertai jenasah atau watang matah
  2. Kusa Pranawa : dg watang matah atau hanya dengan adegan saja. Adegannya disertakan pengawak dari 100 katih ambengan. Memakai upacara pengaskaran.
  3. Toya Pranawa. Sama dg Kusa Pranawa, hanya didalam adegannya berisi payuk pere, berisi air dan dilengkapi dengan eteh2 pengentas. Juga memakai Pengaskaran.
  4. Gni Pranawa. Sama dengan pranawa lainnya, juga melakukan pengaskaran tapi pengaskaran nista yang dilakukan di setra setelah sawanya menjadi sekah tunggal. Tanpa uperengga seperti Damar kurung, tumpang salu, pepelengkungan, ancak saji, bale pepaga, tiga sampir, baju antakesuma, paying pagut. Hanya memakai dammar layon, peti jenasah dan pepaga/penusangan.
  5. Sapta Pranawa. Upacara ini dilakukan dirumah, menggunakan damar kurung dan pengaskaran. Tapi tidak menggunakan Bale Paga pd waktu mengusung jenasah ke setra. Hanya menggunakan pepaga/penusanganb. juga dilaksanakan langsung di setra tapi pelaksanaan pengabenannya mapendem, serta pelaksanaan pengentasnya diata bambang.
***