Tamas

Tamas (atau Tamak) adalah simbol sifat manusia yang memberi pengaruh malas, pasif dan masa bodoh yang perlu dinetralisir untuk dapat mengantarkan seseorang menuju pada kesuksesan hidup yang dalam pengertiannya disebutkan sebagai berikut :
  • Tamas yang diletakkan sejumput beras sebagai simbol penggunaannya pada Banten Pras dalam berbagai upacara yadnya bertujuan untuk dapat menetralisir salah satu sifat tri guna ini,
    • yang dalam komposisi idial maka keseimbangan tersebut akan menjadi kekuatan luar biasa untuk mengantarkan seseorang menuju pada kesuksesan hidup. 
  • Tamas sebagai bagian dari sifat Tri Guna yang perlu dikendalikan dan dinetralisir oleh umat manusia sebagaimana disebutkan dalam kutipan sumber referensi pengaruh triguna terhadap tingkat sradha dalam pengembangan budhi pekerti", manusia yang masih memiliki sifat tamas ini disebutkan tidak akan dapat mengindahkan apapun yang terjadi yaitu :
    • selalu cuek atau masa bodoh, 
    • selalu berhayal tidak mau tahu apapun yang akan terjadi terkadang resiko yang fatalpun siap diterimanya.
Sehingga ciri - ciri sifat tamas ini disebutkan perlu juga diketahui sebelum dapat mengendalikannya yang dalam Menawadharmasasta XII.33 disebutkan :
  • Loba, pemalsu, kecil hati, kejam, atheis, berusaha yang tidak baik, berkebiasaan hidup atas belas kasihan pemberian orang lain dan tidak berperhatian (Pudja dan Sudharta, 1996 : 724)
Sifat tamas yang juga diartikan kebodohan, sifat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 
  • Suka mengantuk, 
  • bodoh, 
  • malas | kemalasan dan kegiatan yang dungu yang menyebabkan khayalan atau tanpa pembedaan.
  • kumal, 
  • lambat yang membelenggu dengan kecendrungan untuk kelesuan.

Ciri - ciri sifat Tamas baik dalam makanan, yadnya, pertapaan atau yoga dan dana punia yang dalam Sloka Bhagawad Gita disebutkan,
  • Dalam hal memilih makanan sifat tamas sebagai berikut : 
    • Yata-yamam gata-rasam puti paryusitam ca yat, uccistam api camedhyam bhojanam tamasa-priyam. 
    • Artinya: Makanan yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan dari orang lain dan bahan-bahan haram (cemer) disukai oleh orang yang bersifat kegelapan (Bhagavad Gita 17.10).
  • Dalam hal melakukan yadnya
    • Viddhi-hinam asrstannam mantra-hinam adaksinam, sraddha-virahitam yajnam tamasam paricaksate 
    • Artinya : Korban suci apa pun yang dilakukan tanpa mempedulikan petunjuk Kitab Suci, tanpa membagikan prasadam (makanan rohani), tanpa mengucapkan mantra veda, tanpa memberi sumbangan kepada para sulinggih dan tanpa kepercayaan dianggap korban suci kebodohan. (Bhagavad Gita 17.13)
  • Dalam hal melakukan pertapaan atau yoga
    • Mudha-grahenatmano yat pidaya kriyate tapah, Parasyotsadanartham va tat tamasam udahrtam 
    • Artinya: Pertapaan yang dilakukan berdasarkan kebodohan, dengan menyiksa diri atau untuk menghancurkan atau menyakiti orang lain dikatakan sebagai pertapaan dalam sifat kebodohan. (Bhagavad Gita 17.16).
  • Dalam hal kedermawanan atau dana punia
    • Adese-kale yad danam apatrebhyas ca diyate asat-krtam avajnatam tat tamasam udahrtam 
    • Artinya: sumbangan-sumbangan yang diberikan ditempat yang tidak suci, pada waktu yang tidak suci, kepada orang yang tidak patut menerimanya, atau tanpa perhatian dan rasa hormat yang benar dikatakan sebagai sumbangan dalam sifat kebodohan. (Bhagavad Gita 17.22)
Begitu pula disebutkan warna hitam dalam saput poleng tridatu, tamas sebagai simbol kemalasan sebagai cerminan rwa bhineda yang selalu mewarnai alam ini sehingga diperlukan hal - hal untuk dapat menetralisirnya.

Maka dari itu, selain banten sodan yang beralaskan taledan / aled tamas berisi nasi penek, raka-raka, ketupat nasi, ituk - ituk dll, tamas dalam berbagai banten sebagai penguatan konsep hidup untuk dapat mengantarkan seseorang menuju pada kesuksesan hidup.
***