Wisaya

Wisaya adalah keadaan yang dipengaruhi oleh indria dimana ada keadaan lahir, hidup, mati, sakit dan lainnya.
Akan tetapi jiwa (sebagai saktinya atma) dalam atman sradha disebutkan dapat terkena wisaya atau indriya (dengan kemauan atau kepuasan yang tak terkendali) seperti memfitnah, mencaci dan sebagainya dan dapat ditekan oleh angga sarira kosha/badan jasmani misalnya : sakit, merana, duka dan lainnya.
Dalam kitab Upanisad disebutkan 
“Angusthamatrah Purusa ntaratman, Sada jananam, Hrdaya, Samnivish thah, Hrada Mnisi Manasbhiklrto, Yaetad. Viduramrtaste Bhavanti”, 
Ia, jiwa yang paling sempurna (Purusha), 
Ia, yang paling kecil yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikirannya, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.
Pada umumnya indriya-indriya itu bersifat ingin mencapai kepuasan. Adapun sumber kepuasan indriya itu dinamakan Wisaya dan berasal dari alam lingkungan sekitarnya, obyeknya ada yang berwujud nyata dan abstrak. 

Obyek-obyek indriya atau Wisaya itu mula-mula memberi perangsang kepada alat-alat indriya  kemudian indriya menyampaikan kepada Manas, Ahamkara dan akhirnya diolah dan diberi keputusan Budhi.
Setelah mendapat keputusan dari Budhi maka keputusan itu dikirim kembali melalui Ahamkara, Manas, dan Indriya, sehingga Indriya dapat menikmati nilai daripada Wisaya atau obyek itu sebagaimana mestinya.
Proses ini berlangsung amatlah cepat sekali, tetapi ada kalanya lambat yang semua ini tergantung daripada jenis tanggapan dan pengamatan masing-masing.
Dalam mengambil dan merealisasikan putusan itu, yang memegang peranan penting adalah Budhi, Ahamkara dan Manas yang dalam tri antah karana fungsinya untuk berfikir, 
tetapi tidak terlepas dari pengaruh Tri Guna yang menyebabkan adanya perbedaan kualitas penilaian tentang sesuatu dari budhi pekerti setiap orang.
Sehingga yadnya yang dijalankan secara benar sebagai dharma umat  manusia, juga dapat mengarahkan manusia untuk dapat memiliki budi pekerti yang luhur sesuai dengan ajaran agama yang menjadi dasar hidup, keutamaan dharma sesungguhnya 
sebagai sumber datangnya kebahagiaan, memberikan keteguhan budi, dan menjadi dasar dan jiwa dari segala usaha tingkah laku manusia.
***