Parahyangan

Parahyangan adalah kewajiban manusia untuk dapat menjaga hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan salah satu bagian dari konsep keharmonisan Tri Hita Karana kepada yang maha suci.

Dalam sumber kutipan Bimbingan Ketrampilan Hidup yang Berlandaskan Tri Hita Karana, dijelaskan bahwa parahyangan ini menyiratkan gambaran hidup  manusia di dunia yang bertujuan untuk :
Di Bali kita tidak hanya banyak menyelenggarakan banyak upakara dalam mengubah hidup menuju kebahagiaan duniawi dan rohani sebagaimana disebutkan untuk dapat mengharmoniskan vibrasi kosmik alam semesta ini, tapi leluhur kita di Bali juga mewariskan banyak sekali parahyangan dalam bentuk pura dimana - mana dengan tujuan untuk menjaga keharmonisan kosmik tersebut.
Leluhur kita pada jaman dahulu tidak sembarangan membuat tata aturan kekeran atau radius kesucian pura, yaitu batas wilayah dimana bangunan lain selain masih terkait dengan pura tidak diijinkan untuk dibangun apapun, untuk menjaga kesucian pura. Ini tentu bukanlah sebuah tata aturan sembarangan, karena parahyangan sebagai stana para dewa - dewi mahasuci sebagai mandala penjaga keharmonisan kosmik yang demikian luhur.
Sehingga karena fungsinya yang demikian penting tersebut, kita semua wajib menjaga kesucian semua pura beserta lingkungan sekitarnya, dengan cara misalnya dengan secara sungguh - sungguh menjaga radius kesucian pura, tidak mengeksploitasi pura sebagai obyek wisata komersial, dsbnya. Sehingga vibrasi kosmik kesucian pura tidak terganggu. 
Kalau kita tidak menjaga kesucian semua pura beserta lingkungan sekitarnya, 
  • ini tidak saja akan memberi dampak merusak keharmonisan kosmik. 
  • tapi ini juga sama saja dengan menghianati warisan kekayaan spiritual yang luhur, suci dan terang dari leluhur kita sendiri, 
  • sekaligus menghancurkan masa depan anak - cucu kita sendiri.
Pura sebagai mandala penjaga keharmonisan kosmik yang pada jaman dahulu dimana kesucian pura masih sangat terjaga, orang - orang suci dengan mata bathin beliau akan dapat melihat Pulau Bali sebagai padma bhuwana alam semesta yang berwujud laksana bunga padma sebagai simbolik kemahasucian. 
Ini tidak lain disebabkan karena parahyangan stana para dewa - dewi mahasuci sebagai mandala penjaga keharmonisan kosmik yang demikian luhur sangat terjaga dengan baik. 
Tugas mulia kita di jaman ini sebagai yang mewarisi kekayaan spiritual yang luhur, suci dan terang ini dengan menjaganya dengan sebaik - baiknya agar tetap sama terjaga seperti di jaman dahulu.
***