Pangunyan Sasih

Pangunyan Sasih adalah kunjungan suatu bulan (sasih) tertentu kepada bulan yang lainnya sehingga terjadi perubahan sifat bulan yang mengakibatkan perubahan musim yang juga akan berdampak pada suka dan duka dalam kehidupan ini baik dalam bidang pertanian, dimanfaatkan oleh para nelayan dll.
Seperti yang disebutkan Orti Bali dalam ramalan cuasa bulanan menurut Hindu Bali, Pangunyan sasih terdiri dari dua kata yaitu Pangunyan dan sasih. 
Pangunyan berasal dari kata “unya” mendapat sengau“ng” kemudian mendapt awalan “an” (pa + ng + unya + an). Uya (ngunya) artinya berkunjung. Sasih berarti bulan.
Zaman dulu, biasanya para tetua di Bali dalam kupasan lontar ramalan di Bali disebutkan mempergunakan Tenung Sasih Pangunyan ini sebagai landasan untuk menyiapkan diri secara sekala-niskala (lahir-batin) guna menyongsong datangnya sasih atau bulan dalam ketentuan Tahun Caka dengan ramalan-ramalannya. 

Tenung Sasih Pangunyan dalam teks lainnya (Candrapaleka) diistilahkan juga dengan Tenung Pangunyan Sasih.
Untuk menentukan ketetapan Tenung Sasih Pangunyan rumusnya sebagai berikut: tahun Caka dibagi 12, lalu sisa pembagian tersebut merupakan ketentuan yang menjadi ketetapan pangunyan-nya. 
Bilangan yang merupakan hasil pembagian pangunyan diistilahkan dengan sirah pangunyan yang artinya kepala pangunyan. 
Berikut berdasarkan ketetapan kepala pangunyan-nya barulah dapat diketahui bagaimana ramalan-ramalan tenung tersebut pada tahun yang hendak dicari.
Misalnya saat ini, tahun Caka 1928. Tahun Caka 1928 : 12 = 160 sisa 8.
Jadi, sirah pangunyan atau kepala pangunyan dari tahun Caka 1928 adalah 8. Setelah kepala pangunyan-nya didapat, tinggal melihat ketentuan sasih atau bulan pangunyan-nya.
***