Catur Wida

Catur Wida ("Catur Vida") adalah lima hal yang menyebabkan anak harus berbakti kepada orang tua, yang dalam kekawin Nitisastra VIII.3 disebutkan :
  1. Sang Ametwaken, karena pertemuan (hubungan suami/ istri) ayah dan ibu maka lahirlah anak-anak dari kandungan ibu.
    • Perjalanan hidup ayah dan ibu sejak kecil hingga dewasa, kemudian menempuh kehidupan Gryahasta, sampai mengandung bayi dan selanjutnya melahirkan, dipenuhi dengan pengorbanan-pengorbanan.
  2. Sang Nitya Maweh Bhinojana, ayah dan ibu selalu mengusahakan memberi makan kepada anak-anaknya.
    • Bahkan tidak jarang dalam keadaan kesulitan ekonomi, ayah dan ibu rela berkorban tidak makan, namun mendahulukan anak-anaknya mendapat makanan yang layak. Ibu memberi air susu kepada anaknya, cairan yang keluar dari tubuhnya sendiri.
  3. Sang Mangu Padyaya, ayah dan ibu menjadi pendidik dan pengajar utama. Sejak bayi anak-anak diajari menyuap nasi, merangkak, berdiri, berbicara, sampai menyekolahkan. 
    • Pendidikan dan pengajaran oleh ayah dan ibu merupakan dasar pengetahuan bagi kesejahteraan anak-anaknya di kemudian hari.
  4. Sang Anyangaskara, ayah dan ibu melakukan upacara-upacara manusa yadnya bagi anak-anaknya dengan tujuan mensucikan atma dan stula sarira.
  5. Sang Matulung Urip Rikalaning Baya, ayah dan ibulah pembela anak-anaknya bila menghadapi bahaya, menghindarkan serangan penyakit dan menyelamatkan nyawa anak-anaknya dari bahaya lainnya.
Demikian dijelaskan dalam ajaran Guru Rupaka Hindu Dharma yang implementasinya juga disebutkan tata susila perlu diterapkan dalam ajaran Guru Rupaka. 
Karena pendidikan tata Susila merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata nilai, tentang baik dan buruknya suatu perbuatan, apa yang harus dikerjakan atau dihindari sehingga tercipta satu tatanan hubungan antar manusia dalam masyarakat.
Seseorang yang sudah sadar akan dirinya tentu akan menempatkan orang tuanya pada posisi yang tinggi. Tentunya Tuhan yang paling tinggi.
Wajarlah, sebab orang tua menyebabkan setiap manusia lahir di dunia ini.
Secara normal seorang bayi juga merupakan hasil dari pertemuan (senggama) seorang ayah dengan seorang ibu. (purusa dan pradhana). 
Seorang bayi akan lemah ketika baru dilahirkan. 
Maka dari itu, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya terhadap anaknya. Selain itu pertumbuhan bayi itu baik fisik maupun jiwanya tergantung banyak pada orang tuanya. 
Karena itu pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi sampai ia akhirnya menjadi seorang insan yang kuat, perkasa, cerdas dan mandiri tentunya tidak terlepas dari kasih sayang dan perhatian yang sungguh-sungguh.

Sehingga demikinlah menyebabkan anak harusnya dapat berbakti kepada orang tua, karena orang tualah, yang menjadikan kita sebagai manusia.
***