Giri Putri

Giri Putri merupakan nama yang diberikan untuk sebuah goa di Dusun Karangsari, Suana, Nusa Penida
  • Giri artinya bukit/pegunungan
  • Putri artinya perempuan cantik. 
Dalam konsep ajaran Hindu, putri yang dimaksud adalah sebuah simbolis bagi kekuatan/kesaktian Tuhan yang memiliki sifat keibuan (kewanitaan).

Jadi, Goa Giri Putri dimaksudkan sebagai sebuah lubang yang memiliki rongga, ruang dengan ukuran tertentu sebagai tempat bersemayamnya kekuatan/kesaktian Tuhan dalam manifestasinya berupa seorang perempuan/wanita cantik yang disebut ''Hyang Giri Putri'' yang tiada lain adalah salah satu saktinya dan kekuatan Tuhan dalam wujudnya sebagai Siwa.

Goa Giri Putri berada di ketinggian 150 meter di atas permukaan air laut. Memiliki panjang sekitar 310 meter dan terdapat 6 tempat bersembahyang/pelinggih. Sebelum tahun 1990, Goa Giri Putri hanyalah sebuah goa yang dijadikan objek wisata lokal, terutama saat hari raya Galungan dan Kuningan. 

Di samping air yang ada di Taman Goa dijadikan air suci/tirta (utamanya oleh masyarakat Karangsari) serangkaian dengan diadakannya upacara Panca Yadnya.

Sebagai bentuk pelestarian dan menjaga keberadaan Goa Giri Putri sebagai tempat persembahyangan sekaligus objek wisata spiritual dan budaya, muncullah ide pembangunan pelinggih-pelinggih sebagai tempat pemujaan kepada para dewa yang bersemayam di Pura Goa Giri Putri. 

Ada enam pelinggih dan kekuatan Tuhan yang bersemayam di Pura Goa Giri Putri di antaranya 
  • Pelinggih Hyang Tri Purusa
  • Pelinggih Hyang Wasuki, 
  • Pelinggih Hyang Giripati, 
  • Pelinggih Hyang Giri Putri, 
  • Pelinggih Payogan 
  • dan Pelinggih Hyang Siwa Amerta, Sri Sedana/Ratu Syahbandar dan Dewi Kwam Im.
Bukan hanya saat piodalan yang berlangsung pada Purnamaning Kalima, Pura Goa Giri Putri selalu padat dikunjungi pemedek setiap harinya. 

Apalagi, Pura Goa Giri Putri masuk dalam daftar deretan pura yang dijadikan objek wisata spiritual di Nusa Penida
Bukan hanya umat Hindu, pejabat tinggi nasional juga kerap bersembahyang di Pura Goa Giri Putri, terutama saat ada kegiatan di Kecamatan Nusa Penida.
Jika tangkil ke Pura Goa Giri Putri, saat turun di pelataran parkir kemudian menyeberang jalan, pemedek langsung berhadapan dengan jalan berundak-undak (anak tangga) yang berjumlah 110 undak. 
Sampai di atas, bertemu pelinggih pertama (Pelinggih Hyang Tri Purusa) berupa sebuah Padmasana yang berada persis di depan mulut goa.
Bendesa Pakraman Karangsari I Nyoman Dunia, S.Pd. dan Pemangku Pura Goa Giri Putri Ketut Darma, MBA menuturkan, sesuai petunjuk niskala yang sering diterima para supranatural, yang malinggih di pelinggih itu adalah kekuatan Ida Sang Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Tri Purusa (ajaran Siwa Sidantha) yang terdiri atas Paramasiwa, Sadasiwa dan Siwatma.

Demikian diuraikan dalam sejarah Pura Kahyangan Jagat Goa Giri Putri oleh Jro Nyoman Alit yang konon, di zaman Neolithikum dulu manusia hidup tanpa norma, tanpa kaidah, hingga berlaku suatu pola normatif homo-homini lupus;
Manusia satu menjadi "serigala" bagi manusia yang lain, lantas berlaku hukum rimba, siapa kuat dia menang. 
Tiap orang berusaha mempertahankan hidup dari keganasan alam, seperti amukan binatang buas, hujan lebat, terjangan angin, dan sengatan sinar mentari. Lalu mereka perlu tempat perlindungan dan reproduksi keturunan demi keberlangsungan hidup. Selain penggunaan goa seperti itu, goa juga konon dijadikan tempat bertapa untuk memohon anugerah langsung dari para dewata.
***