Masa Berburu

Masa Berburu adalah zaman prasejarah batu tua sebagai senjata untuk berburu dan mengumpulkan makanan dimana pada zaman dahulu disebutkan yaitu :
  • Zaman ini setara dengan zaman palaeolithikum yang diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu dimana dalam sejarah Bali disebutkan salah satu ciri khas pada masa itu yaitu kapak perimbas yang digunakan pada periode ini.
  • Kehidupan yang selalu berpindah-pindah dan juga mendiami goa-goa sebagai tempat tinggal.
Dimana dalam kehidupan masyarakat pada masa itu selalu hidup berpindah-pindah untuk mencari tempat tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 
    • Kadang-kadang juga ditemukan tulang belulang manusia yang telah dikuburkan di dalam goa-goa.
    • Kadang juga mereka berpindah seperti halnya dikisahkan dalam peradaban Suku Indian yang mengikuti hewan buruannya.
Dan hasil penemuan itu dapat diketahui bahwa pada masa itu orang sudah mempunyai kepercayaan / pandangan tertentu mengenai kematian. Orang sudah mengenal penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal.

Dalam asal usul sejarah pulau bali ini disebutkan juga bahwa bukti-bukti mengenai kehidupan manusia pada masa mesolithik itu berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu (Badung). 
Gua ini terletak di pegunungan gamping di Semenanjung Benoa. Di daerah ini terdapat goa yang lebih besar ialah Gua Karang Boma, tetapi goa ini tidak memberikan suatu bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung disana. 
Dalam penggalian Gua Selonding ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan sejumlah alat-alat dari tulang. Di antara alat-alat tulang terdapat beberapa lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya diruncingkan.
Alat-alat semacam ini ditemukan pula di sejumlah gua Sulawesi Selatan pada tingkat perkembangan kebudayaan Toala dan terkenal pula di Australia Timur. Di luar Bali ditemukan lukisan dinding-dinding gua, yang menggambarkan kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan masyarakat pada waktu itu. 
Lukisan-lukisan di dinding goa atau di dinding-dinding karang itu antara lain yang berupa cap-cap tangan, babi rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari, lukisan mata dan sebagainya. 
Beberapa lukisan lainnya ternyata lebih berkembang pada tradisi yang lebih kemudian dan artinya menjadi lebih terang juga di antaranya adalah lukisan kadal seperti yang terdapat di Pulau Seram dan Papua, mungkin mengandung arti kekuatan magis yang dianggap sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku.