Pasraman

Pasraman (pesraman) adalah salah satu bentuk pendidikan dalam hal pengembangan ketrampilan, karakter anak dan pelestarian kebudayaan pada jalur nonformal yang biasanya di beberapa desa adat di Bali dilaksanakan di luar jam sekolah.

Pasraman yang berasal dari kata "asrama", dimana salah satunya disebutkan :
Pada saat brahmacari hendaknya segala tenaga dan pikiran benar - benar diarahkan kepada kemantapan belajar, serta upaya pengembangan ketrampilan sebagai bekal dalam kehidupan kelak agar nantinya dapat mengaktualisasikan hasil proses berpikir tersebut untuk kehidupan ini.
Namun dalam widya pasraman, satuan pendidikan keagamaan Hindu disebutkan ada pula beberapa tingkatan pasraman yang dilaksanakan secara formal di sekolah yaitu sebagai berikut : 
  • Pratama Widya Pasraman, pasraman dalam jalur pendidikan formal dapat diselenggarakan setingkat Taman Kanak-Kanak, 
  • Adi Widya Pasraman pada Sekolah Dasar, 
  • Madyama Widya Pasraman pada Sekolah Menengah Pertama disebut, dan 
  • Utama Widya Pasraman untuk Sekolah Menengah Atas disebut dengan.
  • dll
Pentingnya pendidikan tersebut yang bersifat formal disebutkan pula agar dilaksanakan secara sadar dan terencana untuk membangun kualitas mental pribadi siswa sesuai dengan ajaran agama Hindu
  • Pendidikan agama Hindu diarahkan untuk membangun kualitas mental pribadi siswa agar memiliki visi yang jelas, 
    • wawasan dan pengetahuan yang kontekstual, 
    • tujuan hidup yang jelas, 
    • komitmen terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup secara humoris dan kreatif dalam masyarakat yang pluralistik, 
    • kepedulian terhadap lingkungan dan berkarya sesuai dengan swadarmanya. 
  • Kualitas mental tersebut menjadi penentu arah, motivator, fasilitator dalam pengembangan swadarma hidupnya.
Dengan pelaksanaan pendidikan melalui pasraman yang diselenggarakan secara terus menerus, setiap hari dan setiap saat agar tercipta masyarakat yang memiliki keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia yang lebih baik sesuai dengan yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. 

Pasraman dibangun dengan ciri khas dan tetap diwariskan secara turun temurun seperti dalam beberapa sejarahnya di Bali,
  • Tugas mulia Maharsi Markendya selama berada di Payangan, yakni sebagai guru pengajian yaitu memberi pengajian (pembelajaran) pada orang-orang. “Kehadiran Pura Murwa Bhumi ada tercatat di dalam prasasti,” sebut Cokorda Made Ranayadnya, tetua dari Puri Agung Payangan, sekaligus pangempon di Pura Murwa Bhumi.
  • Pura Tamansari di Budakeling sebagai pesraman, yang saat ini keberadaan pura tersebut sebagai dang kahyangan di Bali untuk mengenang kisah perjalanan suci Danghyang Astapaka ke Bali.
  • Pura Silayukti, Pasraman Mpu Kuturan, berkat pendekatan, pemikiran dan usaha yang dilakukan beliau tersebut, sekte-sekte dalam masyarakat Bali itu berhasil lebur dan menyatu (manunggal). 
  • Pura Dukuh Sakti yang berada di catur lawa, dahulu sebagai media pasraman sang guru suci untuk melayani umat yang mohon tuntunan penyucian diri kepada sang pandita.
  • dll 
***