Etnik Bali

Etnik Bali adalah sesuatu yang unik dalam masyarakat Bali sebagai ciri khas pulau dewata.
  • Diman Ajeg Bali dimaknai sebagai sebuah politik identitas atau gerakan pemertahanan identitas etnik Bali.
Begitupula dalam multikultural masyarakat Bali dimana kebiasaan untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada tetap dipertahankan sebagaimana yang dijelaskan dalam konsep desa,kala,patra dan kuna dresta, maupun desa/drsta mawa cara, adalah prinsip yang sampai saat ini masih berlaku bahkan oleh komunitas maupun lembaga-lembaga terkait cenderung untuk dipertahankan.

Mengenai asal-usul etnik/suku Bali juga disebutkan oleh Holobis.net yaitu terbagi ke dalam tiga periode atau gelombang migrasi: 
  • Gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang terjadi di Nusantara selama zaman prasejarah; 
  • Gelombang kedua terjadi secara perlahan selama masa perkembangan agama Hindu di Nusantara; 
  • Gelombang ketiga merupakan gelombang terakhir yang berasal dari Jawa, ketika Majapahit runtuh pada abad ke-15, sejumlah rakyat Majapahit memilih untuk melestarikan kebudayaannya di Bali, sehingga membentuk sinkretisme antara kebudayaan Jawa klasik dengan tradisi asli Bali.
Kebudayaan Bali terkenal akan seni tari, seni pertujukan, dan seni ukirnya. Covarrubias mengamati bahwa : 
Setiap orang Bali layak disebut sebagai seniman, sebab ada berbagai aktivitas seni yang dapat mereka lakukan—lepas dari kesibukannya sebagai petani, pedagang, kuli, sopir, dan sebagainya—mulai dari menari, bermain musik, melukis, memahat, menyanyi, hingga bermain lakon. 
Dalam suatu desa yang bobrok sekalipun dapat dijumpai sebuah pura yang indah, pemain gamelan andal, dan bahkan aktor berbakat.  
Bahkan sesajen yang dibuat wanita Bali memiliki sisi artistik pada jalinan potongan daun kelapa dan susunan buah-buahan yang rapi dan menjulang.
Menurut Covarrubias, seniman Bali (yang disebut pregina) juga disebutkan adalah perajin amatir, yang melakukan aktivitas seni sebagai wujud persembahan, dan tidak peduli apakah namanya akan dikenang atau tidak. 
Seniman Bali juga merupakan peniru yang baik, sehingga ada pura yang didekorasi dengan ukiran menyerupai dewa khas Tionghoa, atau dihiasi relief kendaraan bermotor, yang mereka contoh dari majalah asing.
Gamelan merupakan bentuk seni musik yang vital dalam berbagai acara tradisional masyarakat Bali. Setiap jenis musik disesuaikan dengan acaranya. 
Musik untuk piodalan (hari jadi) berbeda dengan musik pengiring acara metatah (mengasah gigi), demikian pula pernikahan, ngaben, melasti, dan sebagainya. 
Seperti halnya dalam tata cara perkawinan Hindu (Etnis Bali) yaitu dengan melakukan upacara yang dilandasi kitab suci Weda dan mengikuti tata cara adat yang telah berlaku turun temurun, maka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia ini (jagaditha) dan kebahagiaan yang abadi (Moksa).
Gamelan yang beraneka ragam pun disesuaikan dengan berbagai jenis tari yang ada di Bali. Menurut Spies, seni tari membuat utuh kehidupan masyarakat Bali sekaligus menjadi elemen penting dalam serangkaian upacara adat maupun pribadi yang tidak ada habisnya.

Sebagaimana di Jawa Suku Bali juga mengenal :
  • Pertunjukan wayang, namun dengan bentuk wayang yang lebih menyerupai manusia daripada wayang khas Jawa. 
  • Aspek-aspek unik yang terkait dengan tradisi religius mereka. 
    • Dimana kehidupan religius dalam keyakinan mereka disebutkan merupakan sinkretisme antara agama Hindu-Buddha dengan tradisi Bali.
Maka dari itu sebagai generasi penerus disebutkan pula bahwa sebuah tradisi hendaknya selalu dapat dihayati, dijaga dan dilestarikan sebagai sebuah tuntunan hidup untuk lebih menghormati alam dan kehidupan ini.
***