Arwah

Arwah adalah roh seseorang yang telah mendahului kita dimana dalam sistem kepercayaan pada zaman dahulu guna kepentingan pemujaan arwah leluhur diceritakan bahwa :
  • Bagi masyarakat prasejarah dalam sistem religi, kepercayaan terhadap kekuatan arwah disebutkan :
    • Ada kehidupan sosialnya; 
    • Dan mereka percaya bahwa ada kehidupan lain setelah kematian, yaitu didalam arwah atau supernatural.
  • Pada masa perundagian masyarakat mendirikan bangunan tempat pemujaan yang disebut punden berundak yaitu bentuk bangunan dengan teras piramida dimana pada bagian atasnya ditempatkan menhir sebagai lambang tempat pemujaan arwah leluhur.
Demikian pun dengan orang Bali, sampai saat ini pun mereka masih percaya bahwa roh yang disebut atman itu kekal adanya yang telah bersatu kembali dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang disebut moksa sehingga sewajarnyalah mereka menghormati dan berbhakti pada leluhurnya seperti halnya melalui pemujaan roh suci leluhur di Pura Kawitan bagi keturunan keluarganya.

Di zaman modern ini, pemahaman tentang hal tersebut diatas ibaratnya seperti sistem perangkat lunak komputer laksana arwah, ada tapi tiada, tak ada tapi dapat dirasa sebagaimana menurut Ki Jero Martani disebutkan bahwa arwah tersebut dapat dipahami seperti berikut ini :
  • Tidak dapat diraba secara fisik; 
  • Tanpa bentuk; 
  • Tapi dia menggerakkan sesuatu dan dirasakan keberadaannya. 
Sehingga sang pencipta sistem sebagai seorang system analyst juga harus mampu membuat yang tak nyata menjadi nyata. 

Dalam ber”tapa” Sang Pencipta pun mungkin saja telah memikirkan juga tentang :
  • EFEKTIFITAS atau hal-hal apa yang ada dalam proses yang harus disediakan secara tepat waktu, benar, konsisten dan disajikan secara pantas. 
  • Lalu dipertimbangkan pula EFISIENSI sistem, 
  • KEAMANAN atmosfir bumi terhadap ”serangan” dari meteor-meteor ruang angkasa. 
  • INTEGRITAS yang terkait dengan akurasi dan kelengkapan informasi, 
  • KETERSEDIAAN, kepantasan dan KESESUAIAN serta KEANDALAN dari output yang dihasilkan dari subsistem penunjang.
Dengan mengacu pada kerangka efektifitas, efisiensi, keamanan, integritas, kelengkapan, ketersediaan, kesesuaian dan keandalan maka kegiatan tapa akan menghasilkan rancangan global dari sistem ”arwah” seperti sistem perangkat lunak yang dikehendaki. 
Di ilmu-ilmu system engineering, kegiatan ’tapa’ ini seperti menghasilkan data flow diagram, entitity relationship diagram, use-case diagram, network topology dan lain-lain. 
Pada saat tapa ini, mungkin saja telah ditetapkan methodology penciptaan, apakah meniru air terjun (waterfall model) atau perbaikan berkesinambungan laksana spiral (spiral model).
Sehingga dalam tapa tersebut, sang pencipta harus sudah menyusun ”rta” atau hukum-hukum dari pada sistem dan semua ini harus disusun menjadi aturan yang tertulis yang biasa disebut Standard Operating Procedure. SOP inilah yang menjadi aturan, hukum atau ”rta” dari suatu sistem.

Dalam beberapa istilahnya disebutkan juga yaitu :
Petrabhawana dalam kitab Kunjarakarna Dharmakatana disebut sebagai jagat arwah yang katanya mirip lautan manusia yang dikelilingi tanggul api membara.
Dan doa melayat untuk orang meninggal dunia agar mendapatkan sorga dapat dibantu dengan mengucapkan mantra sebagai berikut :
Om atma tattwatma naryatma Swadah Ang AhOm swargantu, moksantu, sùnyantu, murcantu.
Om ksàma sampurnàya namah swàha.
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu.)
***