Bhagawad Gita

Bhagawad Gita atau ("Bhagavadgita"; "Bhagawadgita") adalah rangkuman kata-kata bijak dari Kresna sebagai sebuah wejangan yang dicatat pada mulanya oleh Sanjaya, yang dahulu sebagai seorang utusan dalam sebuah usaha perdamaian.
Sebagai kitab Gita suci yang dituturkan dari Yang Maha Suci Kresna dalam gundahnya Sang Arjuna untuk menegakkan dharma sebagaimana juga disebutkan dalam kutipan PHDI. 
Masa Penulisan Bhagawad Gita

Bhagawad Gita yang berdasarkan sumber kutipan dari Agama Hindu artikel Pura Penataran Luhur Medang Kemulan, Bhagawad Gita yang penulisannya dipengaruhi oleh aliran Hindu atau sad darsana, terutama dari aliran Samkhya, Yoga dan Wedanta yang oleh para pakar berpendapat bahwa syair ini ditulis kurang lebih pada abad ke dua atau ketiga (2 atau 3) Masehi.

Kitab ini terdiri dari 18 bagian:
  1. Bagian pertama, Arjuna Wisada Yoga, menguraikan keragu-raguan dalam diri Arjuna, setelah menyadari akibat akan peperangan yang akan terjadi, dinilai bertentangan dengan ajaran Dharma. Dalam bab ini, termasuk didalamnya penggambaran situasi dan kondisi yang berlangsung di Padang Kuru, tempat terjadinya perang saudara terbesar dalam sejarah umat manusia. Pertentangan ajaran Dharma yang terjadi dalam diri Arjuna, antara lain :
  • Ahimsa, Larangan membunuh guru sebagai dosa besar (mahā pataka)
  • Ajaran Vairāgya, sebagai sistem pencapaian tujuan moksa.
  • Kemerosotan moral dan musnahnya tradisi leluhur, sebagai ekses terjadinya peperangan.
  • Kekacauan dalam sistem varnāśrama-dharma termasuk persepsi timbulnya kekacauan dalam jātidharma dan dharma
  • Atas pemikiran bahwa, 
    • peperangan itu bertentangan dengan Dharma
    • Arjuna mengharapkan bimbingan dari Krisna untuk keluar dari kebingunggan ini.
  1. Bagian kedua, Samkhya Yoga, menguraikan yoga dan samkhya
  2. Bagian ketiga, Karma Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena karma, usaha, perbuatan
  3. Bagian keempat, Jñana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena ilmu pengetahuan suci
  4. Bagian kelima, Karma Samnyasa Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena prihatin
  5. Bagian keenam, Dhyana, menguraikan tentang makna Dhyana sebaga satu sistem dalam yoga
  6. Bagian ketujuh, Jñana Wijñana, menguraikan pencapaian yoga karena budi
  7. Bagian kedelapan, Aksara Brahma Yoga, menguraikan hakikat akan Kekekalan Tuhan
  8. Bagian kesembilan, Raja Widya Rajaguhya Yoga, Hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya / kecerdasan)
  9. Bagian kesepuluh, Wibhuti Yoga, menguraikan akan sifat hakikat Tuhan yang absolut, tanpa awal, pertengahan dan akhir
  10. Bagian kesebelas, Wiswarupa Darsana Yoga, kelanjutan dari Vibhuti Yoga, dijelaskan dengan manifestasi secara nyata
  11. Bagian keduabelas, Bhakti Yoga, menguraikan mencapai yoga dengan bhakti
  12. Bagian ketigabelas, Ksetra Ksetrajña Yoga, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti
  13. Bagian keempat belas, Guna Traya Wibhaga Yoga, membahas Triguna – Sattvam, Rajas dan Tamas
  14. Bagian kelima belas, Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan
  15. Bagian keenam belas, Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas akan hakikat tingkah-laku manusia, baik dan buruk
  16. Bagian ketujuh belas, Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan kepercayaan dan berkeyakinan pada Triguna
  17. Bagian kedelapanbelas, Moksa Samnyasa Yoga, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yg menjadi inti tujuan agama yang tertinggi.
Dalam Epos Mahabharata, Bhagawad Gita sebagai bagian dari kitab Bhismaparwa dari epos Mahabharata yang mana disebutkan
kitab Bhagawad Gita ini berisikan kumpulan dari wejangan motivasi sang Kresna kepada Sang Arjuna saat menghadapi terjadinya perang besar Baratayudha dalam keluarga dari raja bharata.
Wejangan suci yang diberikan oleh Kresna kepada Arjuna dalam Bhagavad Gītā sebagaimana disebutkan kutipan artikel bhisma parwa pada http://harunjaya33.wordpress.com yang awalnya sebelum pertempuran dimulai, terlebih dahulu Bisma meniup terompet kerangnya yang menggemparkan seluruh medan perang, kemudian disusul oleh para Raja dan ksatria, baik dari pihak Korawa maupun Pandawa.
Setelah itu, Arjuna menyuruh Kresna yang menjadi kusir keretanya, agar membawanya ke tengah medan pertempuran, supaya Arjuna bisa melihat siapa yang sudah siap bertarung dan siapa yang harus ia hadapi nanti di medan pertempuran.
Di tengah medan pertempuran, Arjuna melihat kakeknya, gurunya, teman, saudara, ipar, dan kerabatnya berdiri di medan pertempuran, siap untuk bertempur. Tiba-tiba Arjuna menjadi lemas setelah melihat keadaan itu. Ia tidak tega untuk membunuh mereka semua. Ia ingin mengundurkan diri dari medan pertempuran.
Arjuna berkata, “Kresna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering…..Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu.
Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putera Dretarastra dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami Lakshmi Dewi, apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?”
Dilanda oleh pergolakan batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Kresna mencoba untuk menyadarkan Arjuna. Kresna yang menjadi kusir Arjuna, memberikan wejangan-wejangan suci kepada Arjuna, agar ia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Kresna juga menguraikan berbagai ajaran Hindu kepada Arjuna,
agar segala keraguan di hatinya sirna, sehingga ia mau melanjutkan pertempuran. Selain itu, Kresna memperlihatkan wujud semestanya kepada Arjuna, agar Arjuna tahu siapa Kresna sebenarnya.
Wejangan suci yang diberikan oleh Kresna kepada Arjuna kemudian disebut Bhagavad Gītā, yang berarti “Nyanyian Tuhan”.

Dalam beberapa kutipan sloka dari kitab Bhagawad Gita disebutkan,
  • Bhagawadgita III.14, yajna lahir dari karma yaitu karma kanda atau karma sanyasa atau prawrti yaitu jalan perbuatan. Pola pikir manusia semakin luas maka pengertian yajna kemudian tidak hanya pemujaan pada Agnihotra tapi juga pada Aspek lain.
  • Yoga atau Samadhi dinyatakan sebagai salah satu bentuk sembahyang yang dapat pula dilakukan oleh orang yang menganut ajaran sanatha dharma (hindu dharma) dengan melakukan “tri sandhya”.
  • Bhagawadgita ( VII, 10; 11 X; 20 ) dalam Widhi Tatwa menyebukan :
    "Ketahuilah Aku, oh Partha, adalah bibit abadi dari segala yang hidup. Aku adalah kecerdasan dari segala yang cerdas, dan keperwiraan dari segala yang kuat”.
    Aku adalah jiwa yang bersemayam di dalam hati setiap mahluk, didalam maupun di luar dunia tetapi tidak terpengaruh oleh dunia (Wyapi Wyapaka Nirwikara), sebagai halnya teratai di dalam air tetapi tidak basah olehnya. Wyapi Wyapaka artinya selalu dimana mana ada, Nirwikara artinya tidak terpengaruhi, tak berubah. 
  • Vedanta yang didirikan oleh Rsi Badrayana didalam kitab Bhagavadgita disebut Brahma Sutra. (Sura,1984:13).
  • Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri tersebut dalam Kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3.
  • “Kalau saja Aku berhenti bekerja, maka dunia ini jatuh dalam kemusnahan (Maha Pralaya) dan Aku akan menjadi sebab dalam kekacauan hidup dan menghancurkan semua makhluk” (Bhagawadgita III. 24). 
  • Bhagavad-Gita 3.10 disebutkan, dahulu kala Brahman / Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata "Dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini jadi sapi perahanmu".
  • Veda Bhagavad Gītā 9.25, perihal tentang pemujaan dan sembah bhakti terhadap Tuhan, Dewa dan Leluhur.
  • Dalam sifat - sifat rajas, disebutkan :
    • Makanan yang dalam sifat rajas dapat menyebabkan duka cita, kesengsaraan dan penyakit. (Bhagavad Gita 17.9),
    • Dalam melakukan yadnya disebutkan, hendaknya engkau mengetahui bahwa korban suci yang dilakukan demi keuntungan material, atau demi rasa bangga adalah korban suci yang bersifat nafsu, wahai yang paling utama diantara para bharata.(Bhagavad gita 17.12). 
    • Pertapaan yang dilakukan berdasarkan rasa bangga untuk memperoleh pujian, penghormatan dan pujaan disebut pertapaan dalam sifat nafsu  (Bhagavad Gita 17.15).
    • Sumbangan (punia) yang diberikan dengan mengharapkan pamrih, atau dengan keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala, atau dengan rasa kesal, dikatakan sebagai kedermawanan dalam sifat nafsu (Bhagavad Gita 17.21). 
    • Tiga pintu gerbang neraka yang merupakan dosa atau papa yang mengantarkan ke tiga pintu gerbang neraka, yakni: moha, lobha, dan krodha. Ketiga perbuatan buruk (papakrt)  asubha karma ini  merupakan papa atau dosa yang mesti dihindari oleh setiap orang, terutama yang ingin sukses menempuh jalan rohani (Bhagavadgita (XVI.21).
    • Sedekah yang tidak baik, yaitu diberikan dengan harapan untuk didapat kembali atau memperoleh keuntungan dikemudian hari dan dengan perasaan kesal untuk memberikanya, sedekah seperti itu dinamakan rajasa, Sloka XVII.21
  • Sedangkan ciri - ciri sifat tamas yang perlu dikendalikan dan dinetralisir baik dalam makanan, yadnya, pertapaan atau yoga dan dana punia yang tercantum dalam Sloka Bhagawad Gita (sloka 17.10; 17.13; 17.16 dan 17.22) 
  • Bhagawad Gita XIII,8 berkaitan dengan Sad Anu Darsana | 6 hal yg harus direnungkan sebagaimana disebutkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan di bumi ini.
  • Dalam Bhagawad Gita IX sloka 26 menyebutkan bunga sebagai unsur pokok dalam upakara selain buah-buahan, daun dan air yang bunyinya : "Pattram Puspamtoyam Yo me bhakty prayacchati Tad aham bhaktyupahrtam Asn-mi prayat-tmanah" yang dalam aspek relegi pertamanan tradisional Bali disebutkan artinya bahwa, siapa pun dengan kesujudan hati mempersembahkan pada Ku (Tuhan) daun, bunga, buah-buahan dan air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, aku terima. Unsur-unsur persembahan itu dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi “tetandingan banten" atau sesaji (sesajen).
  • Jalankan Agamamu sesuai dengan kepercayaan sebab itu adalah karmamu, BG 3;35 sehingga tercapailah hidup yang bahagia secara lahir bathin.
  • dll
 ***