Tapa

Tapa adalah pemusatan pikiran dan pengendalian diri secara lahir bathin yang berfungsi sebagai :
Dan tapa akan melahirkan kemuliaan.
Dalam bahasa sederhana, tapa juga dapat diartikan pemahaman yang bijaksana dalam menjalani kehidupan ini. 
Ada beberapa hal yang sekiranya harus dipahami dan dijadikan jalan untuk meraih kebahagiaan hidup atau kesuksesan dalam menjalankan Tapa sebagaimana disebutkan oleh Banyubiru yang berakhir mendamaikan yaitu :
  • Tapa manasam artinya pertapaan pikiran, 
Peran pikiran harus dipahami dalam meraih kesuksesan, karena pikiran adalah sentral dalam segala ucapan dan tindakan kita—itulah sebabnya pikiran disebut sebagai raja indrya yang perlu dikendalikan dan disucikan.
Pikiran juga dikatakan harus dilatih dengan hidup sederhana. Hal ini tentu sangatlah realistis, untuk meraih kesuksesan seseorang harus memulai dengan berpikir hidup sederhana. 
Orang yang selalu menghabiskan hasil kerjanya yang seharusnya ia tabung dalam rangka menggapai kesuksesan akan menjadi mimpi belaka jika tanpa kesedarhanaan hidup. Karena sifat material selalu menggoda setiap orang dan sering membuatakan mata bhatin kita. 
Kesederhanaan hidup dalam tapa pikiran ini pun menuntut seseorang untuk mengatur atau memanajemen pemasukan dan pengeluaran yang didapat dari segala usaha kita dengan sebaik-baiknya.
  • Maunam artinya keseriusan dengan keyakinan yang penuh;
Jika pertapaan ini bisa dilakukan, jangankan materi di dunia ini, para Dewa pun akan hadir dihadapan kita jika kita berkehendak dalam pemujaan kita.
  • Vinigrahah artinya pengendalian pikiran | pikiran yang terikat akan menjadi semacam budak saja. Apapun yang terikat pasti tidak akan memiliki kebebasan. 
Ia akan diatur kesana dan kemari oleh material dalam wujud keinginan.
Bahkan kesuksesan duniawi pun tidak boleh mengikat diri kita untuk mencapai kesuksesan.
Tapa dijalankan juga sebagai salah satu tuntunan untuk dapat berprilaku yang baik sebagai bagian dari Dasa Paramartha yang merupakan ajaran kerohanian yang dapat dipakai sebagai salah satu syarat yadnya berpahala mulia yang dalam Kula Gotra Pasek Trunyan disebutkan,

Dengan Tapa ini, Atman akan semakin dekat dengan Brahman
  • Dekatnya hubungan Atman dengan Brahman akan membuat manusia itu selalu dapat berbuat dalam jalan Dharma
  • Tanpa Tapa, indriya itu bisa membawa diri manusia ini terseok-seok ke jurang Adharma menuju neraka.
Tapa dalam Sarasamuscaya 260 dinyatakan: ‘’Tapa kaya sang sosana.’’ Maksudnya, 
  • tapa, kuat menahan gejolak hawa nafsu. 
Sedangkan Wrehaspati Tattwa 25 menyatakan: ‘’Tapa ngarania umati indryania.’’ Maksudnya, 
  • tapa namanya mengedalikan indriyanya yang berfungsi untuk memelihara dan melatih indriya agar tetap sehat sempurna menurut alamnya serta patuh pada pengendalian pikiran dan kesadaran budhi. 
Dengan Tapa itu manusia dapat mengendalikan indriya-nya yang sehat dan tidak menyimpang dari kendali pikiran dan kesadaran budhi. 

Melalui tapa brata dan samadhi ini yang di Bali juga dikenal dengan istilah Dewa Sraya dilaksanakan agar manusia dapat mencapai kesucian dan menciptakan kesejahteraan dan perdamaian dalam hidup ini.

Tapa dalam beberapa kutipan teks lontar disebutkan,
  • Dalam Widhi Tatwa
    • tapa juga berarti pemusatan pikiran.
  • Dengan cara tapa inilah juga dalam lontar Bhagawan Garga disebutkan  
    • Hyang Widhi menciptakan alam semesta ini bagi kita semua melalui suatu usaha yang memerlukan pemusatan tenaga dan pikiran sehingga kita harus selalu ingat pada jasaNya.
Sahabat, ternyata kisah itu memiliki makna yang mendalam. Dalam perjalanan mencari berkah Hyang Widhi, kita menghadapi banyak godaan,
Banyak rintangan dan suka duka dalam pertapaan yang sebagaimana dikisahkan,
  • Pertapaan Bubuksah dan Gagaking pernah diuji oleh Dewa Siwa,  
    • Oleh karena Bubhuksah tyaga pati, 
    • maka ia berhak mendapatkan sorga yang terbaik dan tertinggi (sorga ketujuh)
  • Dalam Mahabharata pun juga dikisahkan, banyak rintangan dan suka duka yang dialami oleh Sang Arjuna dalam pertapaannya,
Alkisah Ksatria Pandawa yang bernama Sang Arjuna bertapa di puncak gunung Indrakila untuk mendapatkan berkah Sang Pencipta. 
  • Berkah tersebut diharapkan sebagai bekal yang akan digunakan mengarungi samudera kehidupan. 
  • Dalam perjalanannya mencapai puncak gunung, 
    • Sang Arjuna diserang oleh seekor babi hutan dengan perut yang sangat besar dan dengan pertarungan yang sengit 1 lawan satu, akhirnya babi hutan tersebut dapat dikalahkannya, setelah itu,
    • dilanjutkanlah perjalanannya menapak jalan terjal berliku menuju puncak gunung. Ditengah hutan yang lebat, kembali Arjuna diserang oleh ular berkepala tiga. 
        • Perkelahian diceritakan dengan sangat sengit. 
          • Ekor dipegang, kepala mematuk, 
          • kepala dipegang, ekor melilit. 
      • Akhirnya Sang Arjuna melompat ke belakang, mencabut tiga anak panah sekaligus, merapal mantra, akhirnya anak panah melesat menembus tiga kepala ular – mati.
  • Selesai dengan cerita ular, Sang Arjuna melangkah lagi menuju puncak gunung. 
    • Sang Ksatria pandawa melawati Gua Besar yang dihuni oleh raksasa berkepala empat. 
    • Penengah Pandawa ini lalu berperang sengit dengan raksasa. 
      • Digebuk kepalanya, bukannya loyo, malah tambah besar dan kuat, 
      • dipukul badannya – si raksasa tambah galak, dipanah tidak mempan. 
      • Di tengah keputus-asaan, Sang Arjuna melompat mundur, dan bersila, mengheningkan cipta, meredam emosi ketitik nol, dan 
    • Sang Raksasa, anehnya, mati sendiri.
Lalu perjalanan tibalah di puncak gunung Indrakila. Sang Arjuna mencari gua tempat dia bersemedi, 
  • mengheningkan cipta, 
  • memohon kepada Sang Kuasa, 
  • agar kehendaknya dapat dikabulkan. 
Akibat kuatnya tapa Sang Arjuna, konon swargaloka menjadi panas, 
  • Lalu Bathara Indra mengirim bidadari yang paling cantik, Dewi Supraba, untuk menggoda tapa Sang Arjuna. 
  • Godaannya tidak mempan, lalu Bathara Guru datang, memberikan berkah kepada Sang Arjuna sebuah panah sakti bernama PASOPATI.
Gagalnya godaan Dewi Supraba sebagai bukti bahwa, bagaimana Sang Arjuna mampu mengekang birahinya. 
    • Biasanya, kalau kita sudah tiba di-”puncak”, 
    • godaan birahi dapat memporak porandakan semuanya. 
  • Banyak kerajaan-kerajaan dan perusahaan besar jatuh akibat masalah yang satu ini. 
      • Sang Rahwana, raja Alengka Pura, sakti mandraguna, 
      • kalah dengan pasukan monyet, akibat tak mampu mengekang birahi, melarikan Dewi Sita, istri Sang Rama. 
    • Banyak perusahaan-perusahaan porak poranda, 
    • karena sang pendiri akhirnya lebih sibuk mengurus birahi daripada berusaha memajukan perusahaannya.
”Arjuna” berhasil meraih tujuan hidup, karena 
  • dia dapat membendung keserakahan sifat loba pada dirinya, 
  • mampu mengendalikan dengki iri-hati, 
  • teguh dalam tapa dan meredam amarah dan birahi tak lagi menguasainya.
***