Jawa Kuno

Jawa Kuno (oleh kebanyakan suku Bali) biasanya dikenal sebagai kesusastraan Jawa Kuno (atau ditulis dalam bahasa kawi atau aksara jawa) baik dalam bentuk puisi maupun prosa yang dibawa tatkala Bali di bawah kekuasaan raja-raja Majapahit dan sampai kini masih tersimpan di Museum Gedong Kirtya Singaraja.

Ternyata dahulu Jawa Kuno juga sebelum dihuni manusia, disebutkan bahwa :
Salah satu putra Sang Hyang Jagad Girinata, yaitu Bathara Wisnu, turun ke Marcapada lalu kawin dengan Pratiwi, dewinya bumi….
Sebuah teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di Asia belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara, yang bertabrakan dengan lempengan sebelah utara. Pergerakan lempeng bumi inilah yang kemudian melahirkan Gunung Himalaya.

Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan mata rantai gunung berapi. 
Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian adalah Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan bagiannya adalah pulau Jawa. Jawata artinya gurunya orang Jawa
Wong dari kata Wahong, dan Tiyang dari kata Ti Hyang, yang berarti keturunan atau berasal dari Dewata. Konon karena itulah pulau Bali sampai kini masih dikenal sebagai Pulau Dewata, karena juga merupakan potongan dari benua Sweta Dwipa atau Jawata.

Mengingat kalau dulunya anak benua India Kuno dan Sweta Dwipa atau Jawata itu satu daerah, maka tidak heran kalau ada budayanya yang hampir sama, atau mudah saling menerima pengaruh. Juga perkembangan agama di wilayah ini.

Begitupun dalam peradaban Jawa Kuno dimana torehan cangkang dalam terkuaknya gambar kuno tertua di dunia yang berasal dari Jawa dalam berita sains kompas.com disebutkan berasal dari situs Trinil, Ngawi, Jawa Timur. 
Penelitian yang dipublikasikan di pada Senin (1/12/2014) mengungkapnya. Josephine CA Jordens, peneliti pada Fakultas Arkeologi di Universitas Leiden, Belanda, beserta rekannya merupakan pihak yang mengonfirmasi bahwa torehan tersebut merupakan yang tertua, berasal dari masa 500.000 tahun lalu.
Sebagai sumber yang melengkapi ajaran Siwa Sidhanta di Bali disebutkan pula beberapa kitab - kitab atau lontar yang ditulis dalam bahasa jawa kuno antara lain :
Peninggalan bersejarah dan pengertian lainnya:
  • Dewi Tara yang dipercaya akan mampu memberikan jalan keluar dalam menjelajahi kehidupan samsara dipuja di Candi Kalasan yang dibangun pada tahun 778 M atau 700 tahun Saka.
  • Crah agawe bubrah, rukun agawe santosa sebagai pepatah jawa kuno yg artinya ...... kerukunan menjadikan keteguhan.
***