Paruman Desa adat

Paruman atau (pasangkepan, sangkep desa adat) adalah bentuk musyawarah yang sangat demokratis (demokrasi asli);
Karena setiap Krama (warga) desa adat memiliki hak suara yang sama sehingga keputusan yang di ambil dapat memuaskan diri setiap orang untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan atmanastusti dan kesentosaan bagi seluruh masyarakat.
Paruman umumnya membahas hal-hal yang dianggap perlu dan biasa diselenggarakan secara rutin (nityakala) atau juga insidental (padgatakala).

Sabha-Sabha Desa (Musywarah Desa) atau Sangkepan (sidang-sidang) dan Paruman Desa (rapat desa) hendaknya diadakan secara rutin dengan memasukkan teknologi dan manajemen modern dalam mengurus Desa adat adalah sangat mutlak, sepanjang management modern itu mendukung pelaksanaan ajaran agama Hindu.

Demikian pula halnya agar paruman menjadi lancar dan damai disebutkan dapat menggunakan sarana yadnya seperti :
  • Cane untuk memohon agar pertemuan berjalan lancar.
  • Canang Pengrawos untuk memohon kebulatan pendapat berdasarkan ketenangan hati untuk mencapai kedamaian.
Untuk doa pembuka dan penutup rapat, agar berjalan lebih baik dalam mantra sembahyang sehari - hari disebutkan sebagai berikut :

Doa pembukaan rapat/pertemuan :
Om sam gacchadwam sam wadadwam
sam wo manamsi jànatàm
dewa bhagam yatha purwe
samjànàna upasate.
Om samani wa akutih
samànà hrdayàni wah
samànam astu wo
mano yatha wah susahasati.
Om ano bhadrah krattawo yantu wiswatah
(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikiran sebagai mana halnya para dewa selalu bersatu.Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati,bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dan segala penjuru.)
 
Doa penutup rapat/pertemuan :
Om anugraha manoharam,
devadatta nugrahaka,
arcanam sarwà pùjanam,
namah sarwa nugrahaka.
Om ksama swamàm jagadnàtha,
sarwa pàpà hitankarah,
sarwa karya sidham dehi,
pranamya sùryeswaram.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci, ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
 
Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram ini disebut Santi Mantram.
 
Bunyinya:
Om dyauh sàntir antariksam sàntih
prthiwi sàntir àpah sàntir
asadhayah santih wanaspatayah santir
wiswe dewah sàntir brahma sàntih
sarvam sàntih santir ewa sàntih
sà mà sàntir edhi
(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai dibumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta. Semogalah kedamaian senantiasa juga datang pada kami) 
Demikianlah disebutkan paruman desa adat yang sangat demokratis ini, menyatukan pemikiran - pemikiran untuk mencapai tujuan bersama, sehingga Tuhan juga dapat memancarkan sinar sucinya.
***